Sabtu, 05 Oktober 2013

Cerbung: Cinta tak Bisa Ditebak [Cakka Shilla] part 10 (THE END)

Diposting oleh Girl in the Rain di 08.02
Baca sebelumnya Cinta tak Bisa Ditebak part 9

"Semua pikiran Shilla menjadi  lega setelah Shilla menerima SMS dari Cakka, dia sudah tidak sabar lagi untuk esok hari. Dia tidak berani menebak-nebak apa yang akan terjadi esok hari..."


Setengah 5 Shilla sudah selesai sarapan, karena baju dan riasan sudah disiapkan dari sekolah. Shilla hanya menyiapkan beberapa kapas dan pembersih untuk membersihkan diri nanti apabila acara sudah selesai. Dia mengenakan sepatu dan bergegas ke jalan raya untuk menemukan bus yang telah diberitau Cakka sebelumnya. Sekitar pukul 05.10 bus yang ditunggu-tunggupun datang, ia segera memasuki bus dan mencari-cari sosok Cakka. Terlihat tangan melambai-lambai kepadanya.
“Nah itu Cakka.” Gumamnya.
“Selamat Pagi Shilla, udah gue siapkan kursi buat lo.” kata Cakka.
“Selamat pagi juga, makasih udah dikasih kursi. Lo enggak kasian apa sama orang yang berdiri itu malah lo kasih kursi itu sama gue.” omel Shilla sambil menunjuk mbak-mbak yg berdiri di dekat pintu.
“Udah gue tawarin tadi Shilla cerewet, katanya cuma deket. Wleek…” kata Cakka sambil menjulurkan lidahnya
“Ya udah deh, maaf udah ngomel-ngomel.” jawab Shilla sambil nyengir.
“Iya gapapa kok, lucu tau kalo lo kayak gitu.” Kata Cakka.
                Sekitar sepuluh menit mereka telah tiba di sekolah, sedikit orang yang sudah datang. Hanya anggota putra-putri batik, grub penari, grub karawitan, grub paduan suara, dan beberapa guru maupun petugas yang sedang mondar-mondir mengurus ini itu. Bu Okky menyambut Shilla dan Cakka di pintu gerbang.
“Kalian langsung aja ke kelas 9c untuk Shilla, dan Cakka di kelas 9b. Kalian dapet antrian nomer 2 ya! Sesudah Ify dan Rio, tadi mereka sudah hampir selesai.” Kata Bu Okky
“Iya Bu.” Jawab mereka bebarengan.
                Sekitar 10 menit Shilla sudah selesai dirias, dan hasilnya walaaa.. dia tambah cantik dengan rambut panjangnya yang diberi sedikit sanggul kecil dan digerai keriting, ditambah polesan wajahnya yang cerah.
“Shilla pakai baju batik yang warna biru itu ya.” Kata Ibu-ibu yang merias wajahnya tadi.
“Iya bu, ruang gantinya di mana ya?” Tanya Shilla.
“Di kamar mandi putri, di samping kelas 9a.” jawab ibu tadi.
“Oh iya bu, makasih.”
Setelah Shilla keluar dari kelas, ternyata Sivia dan Angel sudah menunggunya diluar.
“Ya Allah Shill, kamu tambah cantik banget.” Kata Sivia.
“Iya Shill, kamu cantik banget-banget.” Sambut Angel.
“Ah kalian enggak usah berlebihan deh.” elah Shilla.
“Kita enggak melebih-lebihkan tau, kita serius kok. Iya enggak Vi?” kata Angel yang disambut dengan anggukan mantap Sivia.
“Hahaha yaudah, gausah serius banget gitu juga kali. Kalian temenin aku ganti baju? Mau kan
?” tanya Shilla.
 “Tentu tuan putri.” Jawab Sivia bergaya seperti pelayan.
                Sesampainya di ruang ganti. Shilla segera berganti pakaian yang telah disediakan.
Sekitar 5 menit Shilla sudah selesai berganti pakaian. Terusan batik warna biru tua dipadukan dengan riasan wajahnya menambah keanggunan dan kecantikan Shilla. Dia pun bergegas keluar dari kamar mandi, tapi setelah Shilla ke luar dari kamar mandi Shilla sudah tidak menemukan Sivia dan Angel. Bersamaan dengan itu dari kamar mandi siswa cowok keluar Cakka.
“Eh Shilla ketemu lagi. Lah si Sivia sama Angel tadi kemana? Tadikan disini nungguin lo.” Kata Cakka.
“Lah iya kemana tadi berdua? Tau-tau udah ngilang aja, pasti sengaja deh ini ninggalin gue. Awas aja kalau ketemu.” Kata Shillaa marah-marah.
“Ya udah lah, enggak usah marah-marah. Nanti cantiknya ilang lho.”
“Ah apaan sih kamu? Berlebihan banget, jadi malu.”
“Enggak tau. Jujur lo itu cantik banget.” Kata Cakka.
“Ah makasih jadi malu, besar nanti kepala gue. Hahahahaa” jawab Shilla diiringi tawa.
“Ah lawak banget sih lo.” Kata Cakka.
Pukul 07.00 semua hadirin sudah siap, acara segera dimulai dengan penyambutan tamu oleh pasangan putra-putri batik dan dilanjutkan dengan pemotongan kue oleh bapak kepala sekolah.  Setelah acara  pokok selesai, dilanjutkan dengan acara hiburan yang diisi dengan tari tradisional, solo vocal, karawitan, paduan suara, dan lainnya yang dipersembahkan oleh siswa-siswi SMP Harapan Bangsa.
Setelah anggota putra-putri batik diizinkan untuk beristirahat, Shilla segera menghampiri Angel dan Sivia yang sedari tadi duduk di kursi tamu sambil memotret Shilla dan Cakka.
“Heh, kalian tadi kenapa ninggal gue sendirian di kamar mandi?” sergah Shilla.
“Haha- siapa bilang lo sendiri, lo kan sama Cakka.” ledek Sivia.
“Ish kalian, mana malah asik foto-foto gue sama Cakka lagi tadi.” balas Shilla.
“Haha- enggak apa-apa kali Shill, nih liat cocok banget tau kalian.” jawab Sivia sambil menyodorkan kameranya.
“Iyadeh, kalian seneng gue juga seneng.” kata Shilla pasrah.
“Haha- akhirnya lo nyerah juga.” Kata Sivia sambil menjulurkan lidahnya merasa telah menang.
Dari ujung barisan Shilla melihat Cakka yang mengisyaratkan kepadanya untuk naik ke atas. Melihat isyarat itu dia sedikit bingung karena pada waktu itu para siswa dilarang untuk naik ke lantai atas. Shilla menanyakan balik kepada Cakka bener dia harus naik ke lantai atas, setelah mendapat jawaban dari Cakka dia segera naik ke atas menuju ke kelas 8a seperti yang dijanjikan oleh Cakka.
                Sesampainya Shilla di depan kelas 8a seperti perjanjiannya dengan Cakka, yang memang letaknya sedikit memojok terhimpit antara dua bangunan sehingga tidak terlalu terlihat dari halaman bawah. Dia segera mencari-cari sosok Cakka, akhirnya dia memutuskan untuk menunggu sambil melihat pentas seni dibawah. Saat Shilla sedang asyik melihat pentas seni terdengar alunan gitar dari belakang, dia segera berbalik kebelakang dan dia menemukan Cakka sedang memetik senar gitarnya sambil menyanyikan alunan lagu…

“Mungkinkah kau tahu
Rasa cinta yang kini membara
Dan masih tersimpan
Dalam lubuk jiwa ingin kunyatakan
Lewat kata yang mesra untukmu
Namun ku tak kuasa
Untuk melakukannya

Mungkin hanya lewat lagu ini
Akan kunyatakan rasa
Cintaku padamu rinduku padamu tak bertepi
Mungkin hanya sebuah lagu ini
Yang selalu akan kunyanyikan
Sebagai tanda betapa aku inginkan kamu”

Setelah Cakka menghentikan menyanyinya, dia menghampiri Shilla lalu dia menggenggam kedua tangan Shilla dan berkata.
“Shilla sebenernya aku sayang sama kamu, maukah kamu jadi pacarku?” kata Cakka meyakinkan Seketika Shilla merasa darahnya dipompa dengan cepat, dia masih kaget dengan tindakan Cakka itu. Perutnya terasa digelitiki oleh kepakan beribu kupu-kupu. Hatinya buncah dengan kegembiraan. Setelah hening beberapa saat..
“Emm, aku juga sayang sama kamu.” jawab Shilla salting
“Jadi sekarang kita … pacaran.."
"Makasih Shilla.” lanjut Cakka gembira dengan senyum mengembang di bibirnya.
“Iya.” jawab Shilla malu-malu.
Setelah kejadian mengembirakan itu Shilla tidak sabar untuk segera memberitahukan kabar gembira itu kepada Sivia dan Angel, iapun melambaikan tangannya kepada Sivia dan Angel yang berada di halaman bawah. Tak disangka Shilla ketahuan oleh Bu Winda yang melihat Shilla dan Cakka di lantai atas, Bu Winda pun memerintahkan mereka untuk segera turun kebawah. Shilla dan Cakka pun segera menunduk dan tertawa terbahak-bahak karena menyadari perbuatan konyol mereka itu.
Setelah membersihkan diri dan berganti pakaian, Shilla dan Cakka menuju ke kantin untuk menemui Sivia dan Angel. Sesampainya di kantin Shilla, Cakka, Sivia, dan Angel berkumpul bersama.
“Ada apaan nih? Kayanya ada kabar gembira nih Ngel yang belum kita tahu dari Shilla.” Kata Sivia
“Iya nih. Shilla ayo cerita dong sama kita? Atauu- gue boleh nebak enggak?-“ ujar Angel sambil menggantung kata-katanya.
“Atauu jangan-jangan lo sama Cakka udah jadian? Oh My God Shill!” kata Sivia antusias memotong kata-kata Angel.
“Iya kita udah jadian.” Jawab Cakka dengan gembira.
“Ya ampun! Longlast kalian! Gue ikut seneng tau Shill.” kata Angel.
“Iya langgeng buat kalian semoga sampe kakek nenek hahaha. By the way PJ(Pajak Jadian) nya mana nih buat kita?” kata Sivia.
“Tenang aja gue traktir kalian sepuasnya hahaha.” Kata Shilla gembira.
“Iya gue juga traktir kalian deh.” Kata Cakka.
“Okedeh tau aja lo kalau kita bisa nampung banyak makanan.” jawab Sivia yang doyan makan itu.
Shilla sangat gembira harapannya selama ini bukanlah hanya harapan semu saja, semuanya sekarang telah menjadi nyata, cintanya telah menjadi nyata bersama cakka. Memang Cinta tak Bisa Ditebak!
(THE END)


    16 Juni 2011 

0 komentar:

Posting Komentar

 

Girl in the Rain Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos