"Saat Shilla membaca pesan itu Shilla mulai merasakan getaran yang berbeda, dia sangat deg-degan. Pertanda apa ini? Apakah ini pertanda bahwa dia akan… Ah sudahlah jangan terlalu berharap semua angan-angan itu tiba-tiba menyesaki dada Shilla..."
Paginya
karena telah terbiasa Shilla berangkat pagi, saat dia naik bus kebetulan Cakka
juga ada di bus itu akhirnya mereka duduk bersama.
Sesampainya
di sekolah mereka berpisah karena Shilla lebih memilih lewat tangga timur
,sedangkan Cakka lewat tangga barat. Sampai di kelas Sivia dan Angel sudah
menunggu Shilla.
“Selamat
ya Shill.” kata Sivia
“Ah,
makasih ya.” jawab Shilla dengan tersenyum.
“Iya,
selamat ya Shill.” kata Angel
“Makasih
Angel.” jawab Shilla.
“Kita
kangen sama lo tau.” kata Angel.
“Gue kan
emang ngangenin.” jawab Shilla nyengir.
“Ah ,lo
Shill. Tambah parah aja lo sama Cakka.” kata Sivia.
“ Ah,
apaan sih lo.” jawab Shilla sekenanya.
“Ah lo tu
cocok tau sama Cakka.” kata Angel.
“Iya
,setuju gue.” tambah Sivia.
“Ish
,kalian berdua tu emang nyebelin banget ya, kan kalian yang terkagum-kagum sama
dia, jadi kalian aja yang sama dia.” kata Shilla menutupi perasaannya.
“Ah ,enggak
lho Shill kitakan cuma bercanda.” kata Sivia, takut kalo Shilla marah.
“Oke, gue
juga cuma bercanda kali.” jawab Shilla manjawil bahu Sivia.
Setelah bel istirahat berbunyi
Shilla, Sivia ,dan Angel seperti biasa duduk didepan ruang agama. Saat mereka
mengobrol bersama.
“Wah enak
ya jadi Shilla, bisa deketan terus sama Cakka.” Kata Sivia sambil mengunyah
makanannya.
“Biasa aja
tu.” jawab Shilla
“Ah, yang
bener?” sergah Angel memancing.
“Ya,
beneran lah ,kenapa juga gue bohong.” jawab Shilla.
Setelah
bel masuk berbunyi semua anak masuk ke kelas masing-masing. Setelah jam ekonomi
seperti biasa jika hari Selasa anak-anak 8a meminjam buku IPS ke kelas 8b.
Seperti biasa juga beberapa anak 8a masuk kekelas 8b, saat itu Shilla baru saja
kembali dari kamar mandi, dan kebetulan dia bertemu dengan Cakka yang akan
meminjam buku IPS ke 8b, akhirnya Cakka meminjam buku Shilla.
***
Hari Senin, minggu selanjutnya.
Saat pulang sekolah, seperti biasa Shilla, Sivia dan Angel pulang bersama. Saat
itu mereka membicarakan ulangan Geografi untuk besok. Shilla pun teringat kalau
ternyata bukunya masih di bawa oleh Cakka dan ia pun baru teringat bahwa tadi
malam Cakka mengirim sms kepadanya untuk mengambil di kelasnya karena ada
jadwal karate.
Shilla
pun terburu-buru lari menuju kelas 8a, saat Shilla sampai di kelas 8a ternyata
Cakka sendirian di dalam kelas sambil memainkan gitarnya yang sengaja
ditinggalnya di kelas. Shilla ragu-ragu untuk masuk kedalam kelas.
“Kka, hehe
maaf ya tadi lupa kalo ada janji mau ambil buku.” kata Shilla ragu-ragu membuka
suara.
“Lama
banget kirain kamu lupa.” jawab Cakka datar.
Dalam hati Shilla berbicara ini anak kenapa sih
bentar-bentar perhatian terus jadi dingin, aneh. Susah ditebak.
“Sekali
lagi maaf ya, tadi gue lupa untung si Angel sama Sivia ngingetin kalau besok ada ulangan Geografi.” jawab
Shilla menyesal.
“Enggak
apa-apa kok, biasa aja kali gausah tegang gitu” jawab Cakka tertawa lalu
berdiri mengambil tas nya.
“Habis lo
masang tampang ngeri gitu sih.” jawab Shilla polos
“Nih buku
lo, gimana nasib ulangan lo kalo lo sampai lupa buat ngambil buku ini.” kata
Cakka sambil menyodorkan buku IPS milik Shilla.
“Gue suruh
lo nganter buku ini ke rumah gue.” jawab Shilla sambil menjulurkan lidahnya.
“Enggak
apa-apa deh, untung-untung bisa main sama lo di rumah lo.” jawab Cakka nyengir.
“Latihan
karate jam berapa? Nanti lo terlambat lho.” kata Shilla mengalihkan pembicaraan
Cakka.
“Udah
mulai daritadi kok, dari jam dua.” jawab Cakka.
“Lah kok
gajadi latihan, lo bolos? Gara-gara gue ya?” kata Shilla panik dan bersalah.
“Enggak
apa-apa lagi. Gue lagi capek, males latihan.” kata Cakka menyambar gitarnya
lagi.
“Lo enggak
pulang?” tanya Shilla
“Nanti ah,
lagi pengen disini … sama lo.” jawab Cakka sedikit menggantung.
Deg..
jantung Shilla serasa mau copot mendengar kata-kata Cakka barusan. Degupan
jantungnya semakin cepat. Dia kemudian menghampiri jendela kelas yang
berhadapan dengan jalan raya mencari-cari sosok Angel dan Siva, ah ternyata mereka masih disana kata
Shilla dalam hati.
“Lo mau
pulang?” kata Cakka memecah keheningan diantara mereka.
“Emm
gimana ya..?” jawab Shilla bingung bercampur salah tingkah.
“Mau gue
ajarin main gitar enggak?” kata Cakka memotong kata-kata Shilla.
“Em boleh,
tapi bentar ya gue bilang sama temen-temen gue dulu biar pulang duluan.” jawab
Shilla.
“Mau gue
anter ke bawah?”
“Enggak
usah ah, dari sini aja males turun tangga.” jawab Shilla sekenanya.
Dia
memang sudah mempersiapkan keadaan ini sebelumnya, jarak antara Shilla dan
teman-temannya memang tidak terlalu jauh, dia memanggil-manggil nama Angel dan
Sivia yang orangnya tepat di bawahnya. Yang dipanggilpun menoleh kearah jendela. Shilla pun menjelaskan
maksudnya memanggil mereka.
“Gue masih
ada urusan, kalian pulang duluan aja.” teriak Shilla dari jendela.
Melihat
sosok Cakka duduk dikelas itu, teman-temannya pun tanggab dengan maksud Shilla.
“Okedeh,
hati-hati ya.” Jawab Sivia mewakili temannya sambil tertawa.
Di
kelas Shilla berjalan mendekati Cakka.
“Lo
lucu teriak-teriak di jendela. Hahahaa.” kata Cakka diiringi derai tawanya
“Biarin,
yang kayak gue ginikan langka.” jawab Shilla enggak mau kalah sambil
menjulurkan lidahnya.
“Iya emang
yang kayak lo itu gak ada, lain daripada yang lain, lucu tapi aneh. Eh jadi
enggak ini diajarin main gitarnya?” jawab Cakka menyadarkan dirinya.
Lagi-lagi
Shilla dibuat terbang oleh kata-kata Cakka. Apa
mungkin dia punya perasaan yang sama denganku? Ah, enggak usah berharap lebih
deh Shill, nanti ujung-ujungnya sakit hati lagi. Kata hati Shilla
bersahutan menenangkan hatinya.
“Kok diem
aja sih jadi enggak nih?” kata Cakka mengagetkan lamunan Shilla.
“Eh, jadi
lah. Hehe maaf.” jawab Shilla mengatasi rasa saltingnya.
“Ngelamun
ajasih, ngelamunin gue ya? Hayo?” tanya Cakka dengan nada menggoda.
“Enggak
lah, lo mah kelewat PD.” jawab Shilla sekenanya.
“Ngalamunin
apa dong? Gebetan?”
“Eh enggak,
gebetan siapa? Gue engak ada gebetan tau.” jawab Shilla malu-malu
“Hahahaa lucu ih lo kalo kayak gitu.” kata
Cakka diiringi dengan tawanya.
“Ah
apaansih? Jadi ngajarin enggak ni? “
“Jadi
dong, sini ambil kursi.” perintah Cakka.
Setelah
mengambil kursi, Cakka mulai mengajari Shilla bermain gitar mulai dari cara
memegang gitar yang benar, cara memetik dawai gitar yang benar, dan memetik
akor-akor gitar. Cakka mengajari Shilla dengan sangat telaten. Shilla mulai
merasakan getaran itu lagi, getaran disaat dirinya bersama Cakka. Apakah ini yang dinamakan cinta? Kata
hati Shilla bertanya-tanya lagi.
Jam menunjukkan pukul 03.00,
Shilla dan Cakka telah berada di koridor lantai bawah menuju pintu gerbang.
Mereka hanya saling diam bergelut dengan pikiran masing-masing . Sesampainya di
pintu gerbang.
“Mau
minum? Aku ambilin ya? Kamu tunggu disini aja.” kata Cakka memulai percakapan.
“Boleh.”
jawab Shilla singkat diiringi senyumnya.
“Sebentar
ya.” kata Cakka sambil berlalu.
Tak berapa lama Cakka muncul
dengan 2 gelas Dawet, yang kebetulan penjualnya nangkring di sebelah
sekolah.
“Ini
dawetnya. Suka tape enggak? Tapi enggak gue kasih tape takut kalau lo enggak
suka.” kata Cakka sambil menyodorkan
minuman itu.
“Tau aja
gue enggak suka tape.” jawab Shilla sambil tertawa.
“Apasih
yang enggak gue tau.” jawab Cakka menyombongkan diri.
“Lo tu
ternyata orangnya lawak banget ya? Kok bisa jadi dingin itu gimana ceritanya.”
“Gak tau.”
jawab Cakka sekenanya.
Setelah menyantap
habis dawet mereka, Cakka dan Shilla bergegas pulang karena waktu sudah
terlalulu sore.
Malamnya Shilla mulai
mengkhayalkan sosok Cakka lagi. Cinta? Inikah cinta? Kenapa seperti ini? Tapi,
dia takut kalau selama ini dia dan Cakka hanya akan menjadi teman tidak lebih.
Dia takut apabila dia harus menyadari kesalahannya selama ini bahwa dia telah
salah berharap, otaknya pun mulai berangan-angan. Dreett.. let biru dari hape
Shilla menyala. Ternyata SMS dari Cakka, ia sangat gembira sontak dia langsung
membuka pesan itu. Sejak kapan dia merasa gembira apabila ada cowok yang sok
perhatian dengannya? Tapi Cakka tidak seperti itu dia tidak sok perhatian, dia
tulus, kata otaknya berebutan.
Cakka : Hai,
udh tidur ya? :)
Shilla : Blom
kok, biasa tdr mlem :)
Cakka :
Lagi ngapain ni?
Shilla : Lagi
nulis hehe :D Kamu sendiri?
Cakka : Lagi
enggak ngapa-ngapain. Suka nulis ya nulis apa? Puisi? Atauu? cerita? :D
Shilla : Ya
nulis apa aja, tergantung mood hehe :)
Cakka : Ciye
:D Bikinin puisi dong buat aku ;p
Shilla :
Okedeh, kapan-kapan ya :p
Cakka : Iyadeh :) Oh iya, makasih ya tadi buat waktunya
:D
Shilla : Iya
santai aja kali. Makasih juga udah mau ngajarin maen gitar :)
Cakka :
Iya. Kapan-kapan lagi ya? ;)
Shilla : Insya
Allah deh :D
Cakka : Udah
malem nih, cepet tidur gih. Besok terlambat lagi :p
Shill :
Iya Cakka, good night :)
Cakka :
Good night too. Nice dream :D
Setelah
itu dia mencoba memejamkan mata, tapi setiap matanya terpejam bayangan Cakka
selalu terlintas dibenaknya. Ya Tuhan
semoga yang ini, bukan seorang PHP, do’a nya didalam hati.
(Bersambung)
0 komentar:
Posting Komentar