Sabtu, 05 Oktober 2013

Cerbung: Cinta tak Bisa Ditebak [Cakka Shilla] part 8

Diposting oleh Girl in the Rain di 07.43
Baca sebelumnya Cinta tak Bisa Ditebak part 7

"Saat Shilla membaca pesan itu Shilla mulai merasakan getaran yang berbeda, dia sangat deg-degan. Pertanda apa ini? Apakah ini pertanda bahwa dia akan… Ah sudahlah jangan terlalu berharap semua angan-angan itu tiba-tiba menyesaki dada Shilla..."


Paginya karena telah terbiasa Shilla berangkat pagi, saat dia naik bus kebetulan Cakka juga ada di bus itu akhirnya mereka duduk bersama.
Sesampainya di sekolah mereka berpisah karena Shilla lebih memilih lewat tangga timur ,sedangkan Cakka lewat tangga barat. Sampai di kelas Sivia dan Angel sudah menunggu Shilla.
“Selamat ya Shill.” kata Sivia
“Ah, makasih ya.” jawab Shilla dengan tersenyum.
“Iya, selamat ya Shill.” kata Angel
“Makasih Angel.” jawab Shilla.
“Kita kangen sama lo tau.” kata Angel.
“Gue kan emang ngangenin.” jawab Shilla nyengir.
“Ah ,lo Shill. Tambah parah aja lo sama Cakka.” kata Sivia.
“ Ah, apaan sih lo.” jawab Shilla sekenanya.
“Ah lo tu cocok tau sama Cakka.” kata Angel.
“Iya ,setuju gue.” tambah Sivia.
“Ish ,kalian berdua tu emang nyebelin banget ya, kan kalian yang terkagum-kagum sama dia, jadi kalian aja yang sama dia.” kata Shilla menutupi perasaannya.
“Ah ,enggak lho Shill kitakan cuma bercanda.” kata Sivia, takut kalo Shilla marah.
“Oke, gue juga cuma bercanda kali.” jawab Shilla manjawil bahu Sivia.
                Setelah bel istirahat berbunyi Shilla, Sivia ,dan Angel seperti biasa duduk didepan ruang agama. Saat mereka mengobrol bersama.
“Wah enak ya jadi Shilla, bisa deketan terus sama Cakka.” Kata Sivia sambil mengunyah makanannya.
“Biasa aja tu.” jawab Shilla
“Ah, yang bener?” sergah Angel memancing.
“Ya, beneran lah ,kenapa juga gue bohong.” jawab Shilla.
Setelah bel masuk berbunyi semua anak masuk ke kelas masing-masing. Setelah jam ekonomi seperti biasa jika hari Selasa anak-anak 8a meminjam buku IPS ke kelas 8b. Seperti biasa juga beberapa anak 8a masuk kekelas 8b, saat itu Shilla baru saja kembali dari kamar mandi, dan kebetulan dia bertemu dengan Cakka yang akan meminjam buku IPS ke 8b, akhirnya Cakka meminjam buku Shilla.

                                                                                                ***
                Hari Senin, minggu selanjutnya. Saat pulang sekolah, seperti biasa Shilla, Sivia dan Angel pulang bersama. Saat itu mereka membicarakan ulangan Geografi untuk besok. Shilla pun teringat kalau ternyata bukunya masih di bawa oleh Cakka dan ia pun baru teringat bahwa tadi malam Cakka mengirim sms kepadanya untuk mengambil di kelasnya karena ada jadwal karate.
Shilla pun terburu-buru lari menuju kelas 8a, saat Shilla sampai di kelas 8a ternyata Cakka sendirian di dalam kelas sambil memainkan gitarnya yang sengaja ditinggalnya di kelas. Shilla ragu-ragu untuk masuk kedalam kelas.
“Kka, hehe maaf ya tadi lupa kalo ada janji mau ambil buku.” kata Shilla ragu-ragu membuka suara.
“Lama banget kirain kamu lupa.” jawab Cakka datar.
Dalam hati Shilla berbicara ini anak kenapa sih bentar-bentar perhatian terus jadi dingin, aneh. Susah ditebak.
“Sekali lagi maaf ya, tadi gue lupa untung si Angel sama Sivia ngingetin  kalau besok ada ulangan Geografi.” jawab Shilla menyesal.
“Enggak apa-apa kok, biasa aja kali gausah tegang gitu” jawab Cakka tertawa lalu berdiri mengambil tas nya.
“Habis lo masang tampang ngeri gitu sih.” jawab Shilla polos
“Nih buku lo, gimana nasib ulangan lo kalo lo sampai lupa buat ngambil buku ini.” kata Cakka sambil menyodorkan buku IPS milik Shilla.
“Gue suruh lo nganter buku ini ke rumah gue.” jawab Shilla sambil menjulurkan lidahnya.
“Enggak apa-apa deh, untung-untung bisa main sama lo di rumah lo.” jawab Cakka nyengir.
“Latihan karate jam berapa? Nanti lo terlambat lho.” kata Shilla mengalihkan pembicaraan Cakka.
“Udah mulai daritadi kok, dari jam dua.” jawab Cakka.
“Lah kok gajadi latihan, lo bolos? Gara-gara gue ya?” kata Shilla panik dan bersalah.
“Enggak apa-apa lagi. Gue lagi capek, males latihan.” kata Cakka menyambar gitarnya lagi.
“Lo enggak pulang?” tanya Shilla
“Nanti ah, lagi pengen disini … sama lo.” jawab Cakka sedikit menggantung.
Deg.. jantung Shilla serasa mau copot mendengar kata-kata Cakka barusan. Degupan jantungnya semakin cepat. Dia kemudian menghampiri jendela kelas yang berhadapan dengan jalan raya mencari-cari sosok Angel dan Siva, ah ternyata mereka masih disana kata Shilla dalam hati.
“Lo mau pulang?” kata Cakka memecah keheningan diantara mereka.
“Emm gimana ya..?” jawab Shilla bingung bercampur salah tingkah.
“Mau gue ajarin main gitar enggak?” kata Cakka memotong kata-kata Shilla.
“Em boleh, tapi bentar ya gue bilang sama temen-temen gue dulu biar pulang duluan.” jawab Shilla.
“Mau gue anter ke bawah?”
“Enggak usah ah, dari sini aja males turun tangga.” jawab Shilla sekenanya.
Dia memang sudah mempersiapkan keadaan ini sebelumnya, jarak antara Shilla dan teman-temannya memang tidak terlalu jauh, dia memanggil-manggil nama Angel dan Sivia yang orangnya tepat di bawahnya. Yang dipanggilpun menoleh kearah jendela. Shilla pun menjelaskan maksudnya memanggil mereka.
“Gue masih ada urusan, kalian pulang duluan aja.” teriak Shilla dari jendela.
Melihat sosok Cakka duduk dikelas itu, teman-temannya pun tanggab dengan maksud Shilla.
“Okedeh, hati-hati ya.” Jawab Sivia mewakili temannya sambil tertawa.
Di kelas Shilla berjalan mendekati Cakka.
“Lo lucu teriak-teriak di jendela. Hahahaa.” kata Cakka diiringi derai tawanya
“Biarin, yang kayak gue ginikan langka.” jawab Shilla enggak mau kalah sambil menjulurkan lidahnya.
“Iya emang yang kayak lo itu gak ada, lain daripada yang lain, lucu tapi aneh. Eh jadi enggak ini diajarin main gitarnya?” jawab Cakka menyadarkan dirinya.
Lagi-lagi Shilla dibuat terbang oleh kata-kata Cakka. Apa mungkin dia punya perasaan yang sama denganku? Ah, enggak usah berharap lebih deh Shill, nanti ujung-ujungnya sakit hati lagi. Kata hati Shilla bersahutan menenangkan hatinya.
“Kok diem aja sih jadi enggak nih?” kata Cakka mengagetkan lamunan Shilla.
“Eh, jadi lah. Hehe maaf.” jawab Shilla mengatasi rasa saltingnya.
“Ngelamun ajasih, ngelamunin gue ya? Hayo?” tanya Cakka dengan nada menggoda.
“Enggak lah, lo mah kelewat PD.” jawab Shilla sekenanya.
“Ngalamunin apa dong? Gebetan?”
“Eh enggak, gebetan siapa? Gue engak ada gebetan tau.” jawab Shilla malu-malu
 “Hahahaa lucu ih lo kalo kayak gitu.” kata Cakka diiringi dengan tawanya.
“Ah apaansih? Jadi ngajarin enggak ni? “
“Jadi dong, sini ambil kursi.” perintah Cakka.
Setelah mengambil kursi, Cakka mulai mengajari Shilla bermain gitar mulai dari cara memegang gitar yang benar, cara memetik dawai gitar yang benar, dan memetik akor-akor gitar. Cakka mengajari Shilla dengan sangat telaten. Shilla mulai merasakan getaran itu lagi, getaran disaat dirinya bersama Cakka. Apakah ini yang dinamakan cinta? Kata hati Shilla bertanya-tanya lagi.
                Jam menunjukkan pukul 03.00, Shilla dan Cakka telah berada di koridor lantai bawah menuju pintu gerbang. Mereka hanya saling diam bergelut dengan pikiran masing-masing . Sesampainya di pintu gerbang.
“Mau minum? Aku ambilin ya? Kamu tunggu disini aja.” kata Cakka memulai percakapan.
“Boleh.” jawab Shilla singkat diiringi senyumnya.
“Sebentar ya.” kata Cakka sambil berlalu.
                Tak berapa lama Cakka muncul dengan 2 gelas Dawet, yang kebetulan penjualnya nangkring di sebelah sekolah.
“Ini dawetnya. Suka tape enggak? Tapi enggak gue kasih tape takut kalau lo enggak suka.” kata Cakka sambil menyodorkan  minuman itu.
“Tau aja gue enggak suka tape.” jawab Shilla sambil tertawa.
“Apasih yang enggak gue tau.” jawab Cakka menyombongkan diri.
“Lo tu ternyata orangnya lawak banget ya? Kok bisa jadi dingin itu gimana ceritanya.”
“Gak tau.” jawab Cakka sekenanya.
Setelah menyantap habis dawet mereka, Cakka dan Shilla bergegas pulang karena waktu sudah terlalulu sore.

                Malamnya Shilla mulai mengkhayalkan sosok Cakka lagi. Cinta? Inikah cinta? Kenapa seperti ini? Tapi, dia takut kalau selama ini dia dan Cakka hanya akan menjadi teman tidak lebih. Dia takut apabila dia harus menyadari kesalahannya selama ini bahwa dia telah salah berharap, otaknya pun mulai berangan-angan. Dreett.. let biru dari hape Shilla menyala. Ternyata SMS dari Cakka, ia sangat gembira sontak dia langsung membuka pesan itu. Sejak kapan dia merasa gembira apabila ada cowok yang sok perhatian dengannya? Tapi Cakka tidak seperti itu dia tidak sok perhatian, dia tulus, kata otaknya berebutan.
Cakka : Hai, udh tidur ya? :)
Shilla : Blom kok, biasa tdr mlem :)
Cakka : Lagi ngapain ni?
Shilla : Lagi nulis hehe :D Kamu sendiri?
Cakka : Lagi enggak ngapa-ngapain. Suka nulis ya nulis apa? Puisi? Atauu? cerita? :D
Shilla : Ya nulis apa aja, tergantung mood hehe :)
Cakka : Ciye :D Bikinin puisi dong buat aku ;p
Shilla : Okedeh, kapan-kapan ya :p
Cakka : Iyadeh :) Oh iya, makasih ya tadi buat waktunya :D
Shilla : Iya santai aja kali. Makasih juga udah mau ngajarin maen gitar :)
Cakka : Iya. Kapan-kapan lagi ya? ;)
Shilla : Insya Allah deh :D
Cakka : Udah malem nih, cepet tidur gih. Besok terlambat lagi :p
Shill : Iya Cakka, good night :)
Cakka : Good night too. Nice dream :D
Setelah itu dia mencoba memejamkan mata, tapi setiap matanya terpejam bayangan Cakka selalu terlintas dibenaknya. Ya Tuhan semoga yang ini, bukan seorang PHP,  do’a nya didalam hati.

(Bersambung)

0 komentar:

Posting Komentar

 

Girl in the Rain Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos