Hari Senin merupakan
salah satu hari yang menyebalkan bagi sebagian siswa, salah satu darinya adalah
Totok siswa SMP Cakrawala. Dia memang terkenal paling bandel dan tukang mbolos.
Seperti
hari ini semua siswa SMP Cakrawala sudah mulai berbaris rapi, para petugaspun
sudah mulai bersiap. Masing-masing ketua kelaspun mulai merapikan barisannya.
“Kurang satu, siapa
yang enggak masuk?” tanya Rahmi ketua kelas 8b.
“Alah, paling Totok. Biasalah mbolos.” celetuk
Ipul.
Rahmipun bergegas untuk mencari Totok,
namun upacara akan segera dimulai Rahmipun tidak sempat mencari Totok.
Dilain tempat, di
warung Mbah Jum. Totok duduk santai dengan menikmati es tehnya. Hampir semua
siswa SMP Cakrawala tidak suka dengannya, hanya Diko dan Erlangga yang mau
berteman dengan Totok.
“Mbah tambah es
jeruknya satu. Panas-panas gini mah enaknya minum es, ngapain juga ikut
panas-panasan upacara.” kata Totok
“Halah, kamu itu enggak
takut apa di marahin.” jawab Mbah Jum sambil menyodorkan es jeruk.
Totok hanya diam, sambil menyeruput
es jeruknya.
***
Setelah upacara
selesai, seperti biasa masih ada jam kosong 1 jam, bagi anak-anak malas
daripada nongkrong di kelas mereka biasa jajan ke kantin. Si Totok pun tak
segera masuk ke kelas dia malah malas-malasan di warung Mbah Jum, Diko dan
Erlangga akhirnya menghampiri Totok.
“Mbolos upacara lagi lo?
Dicariin lho lo tadi sama Sabtini.” Kata Diko yang disambut dengan gelak tawa
Erlangga.
“Apaan lo? Ketawa lagi?
Alah ngga takut gue sama Sabtini si ketua kelas itu.” Sahut Totok membentak
Erlangga dan Diko.
Saat itu Rahmi lewat di dekat mereka
Rahmi yang merasa namanya disebut-sebut menghampiri mereka.
“Eh,
Tok lo tadi kenapa enggak ikut upacara lagi? Mau alesan aneh-aneh lagi lo?”
kata Rahmi yang sudah terlanjur kesal dengan Totok.
“Apaan
sih lo? Gue itu males banget tau kalo di suruh berdiri panas-panasan kek gitu,
mendingan juga gue di kantin minum es jeruk.” kata Totok sekenanya.
“Alah
lo ngeles mulu. Liat noh sama seksi rekapitulasi, point pelanggaran tata tertib
lo tu udah banyak banget! Enggak takut apa kalo nanti di panggil sama guru BK.”
kata Rahmi kesal.
Dimarah-marahin abis-abisan kek gitu
sama Rahmi eh, malahan si Totok ngeluyur pergi. Erlangga dan Diko pun mengikuti
Totok, mereka berdua memang selalu membuntuti kemanapun Totok pergi
***
Kelas 8b, kelas yang
pernah di juluki oleh guru-guru kelas teramai tetapi juga kelasnya anak-anak
pinter setelah ada seorang murid yang bernama Rama yang telah menjuarai juara 3
olimpiade matematika tingkat provinsi. Jika di urutkan dari semua kelas delapan
sih 8b merupakan salah satu kelas terbaik setelah kelas 8a. (Eh kok malah
nyeritain kelas)
Jam
antar waktu ganti pelajaran seperti biasa dimanfaatin buat ngobrol dan jail,
jadi gaduh banget deh ni kelas (Nah ini ni yang paling terkenal di kalangan
kelas delapan dan para guru). Si Rahmipun kewalahan mengatur anak-anak kelas
itu untuk sedikit memelankan suara mereka. Tak lain lagi bagi Totok dan
kawan-kawannya kali ini yang mendapat sasaran kejahilan mereka adalah Soni, anak
yang bertubuh tinggi, memakai kaca mata dan yeah.. sedit culun kalo diliat-liat
dari penampilannya.
“Er,
nih tangkep.” kata Totok sambil melempar buku sastra milik Soni kepada Erlangga.
“Aduh,
jangan dong itu bukan milik gue. Itu tu pinjeman dari kakak gue.” kata Soni
memohon kepada Totok sambil berusaha menangkap buku itu.
“Duh,
kesian anak mami nanti nangis.” kata Diko sambil memasang wajah memelasnya.
Tiba-tiba Rahmi datang.
“Kalian
bisa nggak sih sekali-sekali enggak usah cari gara-gara? Kesian tau orang yang
kalian kerjain. Emang mereka punya salah apa sama lo?” kata Rahmi membentak
Totok dan kawan-kawannya.
“Aduh,
elo tu enggak usah ikut campur deh sama urusan kita.” jawab Totok
“Eh,
jelas ini urusan gue dong! Di sini gue ketua kelas, gue yang bertanggung jawab
di sini!” jawab Rahmi kesel (Pakai banget malahan)
Tiba-tiba Fafa dan Aan yang sering di
panggil dengan sebutan Upin, Ipin yang doyan kelayapan keluar kelas kalo jam
kosong itu berlari kedalam kelas. Dan memberitahu bahwa Bu Endang wali kelas
mereka datang menuju kelas 8b. Semua pasukan eh maksudnya murid kelas 8b pun
segera bergegas melarikan diri ketempat duduk masing-masing.
Gak
lama kemudian. Kreeeek... Bunyi pintu kelas yang dibuka (enggak gitu juga sih
sebenernya). Kali ini memang bukan pelajaran Bahasa Jawa yang di ajarkan oleh
Bu Endang. Tapi pelajaran Biologi yang kebetulan Bu Nur sedang sakit, banyak
tugas yang di berikan tapi ya dasar murid-murid kelas 8b malas-malas jadi
enggak banyak yang ngerjain malah pada keluyuran.
“Kali
ini ibu tidak akan mengajar mata pelajaran Bahasa Jawa di sini. Ibu akan
memberikan Pengarahan pada kalian. Sekarang saya mau cerita, kemarin waktu ibu
mengajar di kelas 8c saya mendapat informasi dari 2 orang siswa bahwa ada murid
kelas 8b yang meminjam jam tangan mereka dan tidak mengembalikannya. Dan hal
itu terulang lagi di kelas 8e. Tadi ada salah satu murid yang melapor kepada
saya bahwa orang yang sama dengan kejadian di kelas 8c tadi juga meminjam
topinya dan tidak mengembalikannya. Apakah kalian tidak malu denagn hal seperti
ini?” cerita Bu Endang panjang lebar.
Semua murid hanya menunduk diam tidak
ada yang berani berkata apa-apa.
Bu Endang melanjutkan kata-katanya
lagi.
“Di
sini saya tidak akan menyebutkan nama anak itu. Tapi dari peristiwa ini apa
kalian tidak malu dengan kelas yang lain, apa lagi kalau sampai guru-guru yang
lain tau tentang kejadian ini.”
Sebenarnya semua murid telah menebak siapa
anak itu, ya si Totok dan kawan-kawannya siapa lagi kalau bukan mereka? Semua
murid telah mengakui kejailan anak-anak itu. Tapi mereka tidak berani untuk
mengatakan itu.
“Yasudah
cuman itu yang akan Ibu katakan, bagi orang yg merasa jangan diulangi lagi dan
untuk kalian yang bukan, jangan pernah untuk coba-coba untuk melakukan kejailan
seperti itu!” kata Bu Endang kemudian pergi meninggalkan kelas.
Tiba-tiba kelaspun menjadi banyak
suara bisik-bisik, dan banyak anak yg memandangi Totok.Totok yang merasa
dirinya dibicarakan, segera keluar kelas karena merasa tidak enak.
Dan ketika melewati ruang guru dia dipanggil
oleh Bu Endang. Banyak yang dibicarakan oleh Bu Endang. Beliau tidak marah
kepada Totok hanya saja beliau kecewa dengan perlakuannya. Bu Endang banyak
menasihati Totok.
***
Dilain tempat dikelas
8b. Rahmi mendekati Erlangga dan Diko, dia duduk didepan mereka. Erlangga dan
Diko bingung. Sebelumnya Erlangga dan Diko memang anak yang baik. Tapi sejak
bergaul akrab dengan Totok, keduanya berubah menjadi jail.
“Kalian takut pada
Totok ya?” kata Rahmi memulai berbicara
“Ada apa ini? Kenapa
kamu tiba-tiba tanya kayak gini?” kata Diko
“Enggak apa-apa kok
santai aja kali. aku tidak akan bilang pada Totok kok.” jawab Rahmi
“Emm, iya. Takut sekali
malah.” jawab Erlangga duluan
“Aku juga, kamu kan tahu sendiri kalo dulu Totok sering
meminta uang kepada ku.”
jawab Diko kemudian.
“ Dan kalian malah memanfaatkannya untuk meminta perlindungan
Totok?”
tanya Rahmi selanjutnya.
“Terpaksa.”
jawan Diko mewakili.
“Kenapa
emang?”
“Ya,
karena teman-teman yang lain membenci kita karena kita dekat dengan Totok.”
jawab Erlangga.
“Tapi
kalau kalian merubah cara bersahabat kalian, kalian tidak perlu takut pada
Totok. Cara kalian bersahabat dengan Totok itu salah.” kata Rahmi menasehati.
“Oke kita akan coba.”
jawab Erlangga memandang Diko yang menyambut dengan tersenyum.
***
Keesokan
harinya di kelas 8b. Ketika Totok melihat Erlangga dan Diko muncul bersama
Rahmi. Totok langsung menarik kerah baju mereka. Mereka memekik ketakutan.
“Jangan,
Tok.” kata Rahmi
“Rahmi!
Kaulah satu-satunya anak di kelas yang berani kepadaku! Dan sekarang aku tidak
akan segan-segan kepadamu.” jawab Totok marah.
“Silahkan
saja jika kau mau memukulku, asalkan kau mau menghentikan perbuatanmu pada yang
lainnya!”
“
Jangan main-main kau, Rahmi!” kata Totok geram.
Totok sudah siap mengepalkan
tinjunya. Namun tiba-tiba seorang guru BK datang menghampiri Totok dan Rahmi.
Mereka digelandang(kayak pemain sepak bola aja ya) menuju ruang BK.
Sesudah mereka di
introgasi, Bu Sri memutuskan bahwa dalam kejadan itu Totok yang bersalah. Rahmi
pun di suruh untuk keluar karena urusannya sudah selesai.
Bu Sri bergegas
menghampiri Totok, dia menasehati Totok panjang lebar. Dan akhirnya Bu Sri
menelepon orang tua Totok, untuk membicarakan perlakuan Totok di sekolah.
Totok memang bukanlah anak yang
bandel di rumah, bahkan dia sangat penurut dengan ibunya, ia sering membantu
ibunya mengantarkan makanan dagangan ibunya. Ayah Totok sudah meninggal setahun yang lalu sehingga
dia hanya bersama Ibu, kakak, dan adiknya.
***
Totok
berjalan lesu menuju rumah, kali ini tak ada niat untuknya memalak uang jajan
anak-anak. Setibanya dirumah Totok.
“Kemarilah, ibu mau
bicara.” kata ibu Totok
Hati-hati ia mendekati ibunya ia
sangat gelisah, ibunya pasti sangat kecewa dengannya. Segala penyasalan kini
menghantuinya.
“Sekarang
ibu tahu bagaimana kelakuan mu di sekolah yang nakal, mereka memang takut
kepadamu karena kamu galak kepadanya. Tapi mungkin dibelakangmu mereka tidak
seperti itu. Mereka pasti banyak yang membencimukan?” kata Ibu Totok dengan
nada tegas tapi tetap dengan lembut.
“Saya
menyasal Bu.”
“Syukurlah
kamu menyesali semua perbuatanmu kepada teman-temanmu. Ibu ingin kamu mengubah
sikapmu yang nakal itu.”
“Pasti
Bu, saya tidak akan nakal dan membenci teman-teman lagi. Dan saya akan meminta
maaf pada mereka.”
Dirangkulnya ibunya itu, ia merasa
sangat bersalah kepada ibunya. Ia merasa telah mempermalukan ibunya dengan
sikapnya selama ini.
“Maafkan
Totok bu, telah membuat ibu sedih dengan sikap Totok.” kata Totok yang tak
disadarinya telah meneteskan air mata dipipinya.
“Tak
apa, asalkan kamu mau merubah sikapmu dan meminta maaf kepada teman-temanmu Ibu
sudah merasa bahagia.” kata ibu.
“Terimakasih
bu.” kata Totok berlinangan air mata.
***
Paginya dengan langkah
pasti Totok berjalan menuju kesekolah, ia sangat tidak sabar untuk meminta maaf
kepada teman-temannya. Sesampainya di kelas semua anak memandang kearah Totok.
Erlangga dan Diko tidak berani untuk melihatnya, mereka masih sangat takut
dengan kejadian kemarin itu. Sebenarnya tadi sebelum masuk ke kelas dia sudah
bertemu dengan Rahmi di kantin, ia meminta tolong kepada Rahmi untuk
membantunya meminta maaf kepada teman-teman kelasnya.
5 menit sebelum bel masuk Rahmi
tiba-tiba maju kedepan kelas.
“Perhatian.
Disini saya minta waktunya sebentar, saya akan memyampaikan bahwa ada seseorang
yang akan berbicara dengan kalian. Silahkan Totok” kata Rahmi mempersilahkan.
Semua kelas gaduh dengan bisik-bisik
mendengar Totok dipanggil.
“Ehm,
disina saya akan meminta maaf dengan kalian semua, kalau selama ini saya sering
membuat kalian kesal, benci, marah dengan saya. Saya menyesal, saya bener-bener
merasa bodoh dengan semua yang telah saya perbuat selama ini. Maukah kalian
memamaafkan saya? Setidak kalian juga mau membantu saya untuk berubah?” kata
Totok sambil mengulas senyum dibibir nya.
Setelah Totok bersalaman dengan semua
teman kelasnya yang dengan senang hati menyambut permintaan maaf Totok, ia melanjutkan
untuk meminta maaf kepada teman-teman lainnya.
Saat jam istirahat
berbunyi.
“Hei! Er, Ko. Bentar
tunggu aku.” kata Totok berlari menghampiri mereka.
“Oh,
eh. Lo Tok kirain siapa.” kata Erlangga sekenanya
“Kenapa
sih kalian? Oh iya gue mau minta maaf banget sama kalian kalau selama ini
kalian merasa dipaksa sama gue. Sama gue juga mau minta maaf kalau kalian
merasa terpaksa bersahabat dengan gue.” kata Totok.
“Enggak
kok, kita dulu cuma enggak suka cara lo merlakukan kita sebagai sahabat seperti
itu.” jawab Diko.
“Dan
sekarang kita sahabatan lagi kan? Gue janji kok enggak akan seperti dulu lagi.”
tanya Totok.
“Tentu,
kita akan sahabatan lagi sma lo, asal lo janji gak akan balik seperti dulu
lagi. Ya gak Er?” kata Diko
“Yoi
bro.” jawab Erlangga.
Merekapun kembali bersahabat dan
semua kembali seperti semula.