Selasa, 25 Desember 2012

Sosok Dibalik Topeng

Diposting oleh Girl in the Rain di 05.56 0 komentar


Kemana  sahabat ku yang dulu?
Kemana mereka yang mau mengerti aku?
Kemana mereka yang mau menerima aku apa adanya?
Kemana mereka yang selalu tulus menyayangi ku?

Siapa sebenernya orang yang sedang berdiri disampingku sekarang?
Siapa orang yang selama ini memasang topengnya hanya untuk memanfaatkanku?
Siapa engkau sebenernya yang sudah berani mencabik-cabik perasaanku?
Siapa engkau sebenernya? Inikah yang dinamakan pengkhianat?

Dirimu, iya benar dirimu..
Kamu yang memulai sehingga aku tidak mempercayai lagi seorang sahabat

Iya sahabat, yang katanya selalu ada disaat aku sedih maupun bahagia
Sedangkan kamu? Datang hanya ketika dirimu sedih, sedangkan disaat aku membutuhkanmu, kamu malah menghilang entah kemana
Iya sahabat, yang katanya selalu bisa menerima aku apa adanya
Sedangkan kamu? Kamu mendekati aku hanya karena aku ada apanya.

Apakah itu yang dinamakan sahabat?
Apakah salah apabila aku tidak percaya lagi dengan yang disebut sahabat?

Sabtu, 08 Desember 2012

Gadis Semu

Diposting oleh Girl in the Rain di 06.30 0 komentar


Dia hanya seorang gadis pemimpi..
Dia hanya tau dunia di alam gelap dalam tidurnya..
Dia hanya punya kegembiraan semu..
Dia hanya hidup bersama bayangan..

Bukan!
Bukan itu yang dia inginkan!
Bukan cinta semu yang dia inginkan!
Bukan semua yang telah terjadi ini!
Sama sekali Bukan!

Dia hanya memikirkan khayalannya
Dia tak mau melalui alam nyatanya yang menyakitkan!

Minggu, 21 Oktober 2012

Penyesalan

Diposting oleh Girl in the Rain di 08.02 0 komentar

Hari Senin merupakan salah satu hari yang menyebalkan bagi sebagian siswa, salah satu darinya adalah Totok siswa SMP Cakrawala. Dia memang terkenal paling bandel dan tukang mbolos.
            Seperti hari ini semua siswa SMP Cakrawala sudah mulai berbaris rapi, para petugaspun sudah mulai bersiap. Masing-masing ketua kelaspun mulai merapikan barisannya.
“Kurang satu, siapa yang enggak masuk?” tanya Rahmi ketua kelas 8b.
 “Alah, paling Totok. Biasalah mbolos.” celetuk Ipul.
Rahmipun bergegas untuk mencari Totok, namun upacara akan segera dimulai Rahmipun tidak sempat mencari Totok.
Dilain tempat, di warung Mbah Jum. Totok duduk santai dengan menikmati es tehnya. Hampir semua siswa SMP Cakrawala tidak suka dengannya, hanya Diko dan Erlangga yang mau berteman dengan Totok.
“Mbah tambah es jeruknya satu. Panas-panas gini mah enaknya minum es, ngapain juga ikut panas-panasan upacara.” kata Totok
“Halah, kamu itu enggak takut apa di marahin.” jawab Mbah Jum sambil menyodorkan es jeruk.
Totok hanya diam, sambil menyeruput es jeruknya.
                                                                        ***
Setelah upacara selesai, seperti biasa masih ada jam kosong 1 jam, bagi anak-anak malas daripada nongkrong di kelas mereka biasa jajan ke kantin. Si Totok pun tak segera masuk ke kelas dia malah malas-malasan di warung Mbah Jum, Diko dan Erlangga akhirnya menghampiri Totok.
“Mbolos upacara lagi lo? Dicariin lho lo tadi sama Sabtini.” Kata Diko yang disambut dengan gelak tawa Erlangga.
“Apaan lo? Ketawa lagi? Alah ngga takut gue sama Sabtini si ketua kelas itu.” Sahut Totok membentak Erlangga dan Diko.
Saat itu Rahmi lewat di dekat mereka Rahmi yang merasa namanya disebut-sebut menghampiri mereka.
            “Eh, Tok lo tadi kenapa enggak ikut upacara lagi? Mau alesan aneh-aneh lagi lo?” kata Rahmi yang sudah terlanjur kesal dengan Totok.
            “Apaan sih lo? Gue itu males banget tau kalo di suruh berdiri panas-panasan kek gitu, mendingan juga gue di kantin minum es jeruk.” kata Totok sekenanya.
            “Alah lo ngeles mulu. Liat noh sama seksi rekapitulasi, point pelanggaran tata tertib lo tu udah banyak banget! Enggak takut apa kalo nanti di panggil sama guru BK.” kata Rahmi kesal.
Dimarah-marahin abis-abisan kek gitu sama Rahmi eh, malahan si Totok ngeluyur pergi. Erlangga dan Diko pun mengikuti Totok, mereka berdua memang selalu membuntuti kemanapun Totok pergi
                                                                        ***
Kelas 8b, kelas yang pernah di juluki oleh guru-guru kelas teramai tetapi juga kelasnya anak-anak pinter setelah ada seorang murid yang bernama Rama yang telah menjuarai juara 3 olimpiade matematika tingkat provinsi. Jika di urutkan dari semua kelas delapan sih 8b merupakan salah satu kelas terbaik setelah kelas 8a. (Eh kok malah nyeritain kelas)
            Jam antar waktu ganti pelajaran seperti biasa dimanfaatin buat ngobrol dan jail, jadi gaduh banget deh ni kelas (Nah ini ni yang paling terkenal di kalangan kelas delapan dan para guru). Si Rahmipun kewalahan mengatur anak-anak kelas itu untuk sedikit memelankan suara mereka. Tak lain lagi bagi Totok dan kawan-kawannya kali ini yang mendapat sasaran kejahilan mereka adalah Soni, anak yang bertubuh tinggi, memakai kaca mata dan yeah.. sedit culun kalo diliat-liat dari penampilannya.
            “Er, nih tangkep.” kata Totok sambil melempar buku sastra milik Soni kepada Erlangga.
            “Aduh, jangan dong itu bukan milik gue. Itu tu pinjeman dari kakak gue.” kata Soni memohon kepada Totok sambil berusaha menangkap buku itu.
            “Duh, kesian anak mami nanti nangis.” kata Diko sambil memasang wajah memelasnya.
Tiba-tiba Rahmi datang.
            “Kalian bisa nggak sih sekali-sekali enggak usah cari gara-gara? Kesian tau orang yang kalian kerjain. Emang mereka punya salah apa sama lo?” kata Rahmi membentak Totok dan kawan-kawannya.
            “Aduh, elo tu enggak usah ikut campur deh sama urusan kita.” jawab Totok
            “Eh, jelas ini urusan gue dong! Di sini gue ketua kelas, gue yang bertanggung jawab di sini!” jawab Rahmi kesel (Pakai banget malahan)
Tiba-tiba Fafa dan Aan yang sering di panggil dengan sebutan Upin, Ipin yang doyan kelayapan keluar kelas kalo jam kosong itu berlari kedalam kelas. Dan memberitahu bahwa Bu Endang wali kelas mereka datang menuju kelas 8b. Semua pasukan eh maksudnya murid kelas 8b pun segera bergegas melarikan diri ketempat duduk masing-masing.
            Gak lama kemudian. Kreeeek... Bunyi pintu kelas yang dibuka (enggak gitu juga sih sebenernya). Kali ini memang bukan pelajaran Bahasa Jawa yang di ajarkan oleh Bu Endang. Tapi pelajaran Biologi yang kebetulan Bu Nur sedang sakit, banyak tugas yang di berikan tapi ya dasar murid-murid kelas 8b malas-malas jadi enggak banyak yang ngerjain malah pada keluyuran.
            “Kali ini ibu tidak akan mengajar mata pelajaran Bahasa Jawa di sini. Ibu akan memberikan Pengarahan pada kalian. Sekarang saya mau cerita, kemarin waktu ibu mengajar di kelas 8c saya mendapat informasi dari 2 orang siswa bahwa ada murid kelas 8b yang meminjam jam tangan mereka dan tidak mengembalikannya. Dan hal itu terulang lagi di kelas 8e. Tadi ada salah satu murid yang melapor kepada saya bahwa orang yang sama dengan kejadian di kelas 8c tadi juga meminjam topinya dan tidak mengembalikannya. Apakah kalian tidak malu denagn hal seperti ini?” cerita Bu Endang panjang lebar.
Semua murid hanya menunduk diam tidak ada yang berani berkata apa-apa.
Bu Endang melanjutkan kata-katanya lagi.
            “Di sini saya tidak akan menyebutkan nama anak itu. Tapi dari peristiwa ini apa kalian tidak malu dengan kelas yang lain, apa lagi kalau sampai guru-guru yang lain tau tentang kejadian ini.”
Sebenarnya semua murid telah menebak siapa anak itu, ya si Totok dan kawan-kawannya siapa lagi kalau bukan mereka? Semua murid telah mengakui kejailan anak-anak itu. Tapi mereka tidak berani untuk mengatakan itu.
            “Yasudah cuman itu yang akan Ibu katakan, bagi orang yg merasa jangan diulangi lagi dan untuk kalian yang bukan, jangan pernah untuk coba-coba untuk melakukan kejailan seperti itu!” kata Bu Endang kemudian pergi meninggalkan kelas.
Tiba-tiba kelaspun menjadi banyak suara bisik-bisik, dan banyak anak yg memandangi Totok.Totok yang merasa dirinya dibicarakan, segera keluar kelas karena merasa tidak enak.
 Dan ketika melewati ruang guru dia dipanggil oleh Bu Endang. Banyak yang dibicarakan oleh Bu Endang. Beliau tidak marah kepada Totok hanya saja beliau kecewa dengan perlakuannya. Bu Endang banyak menasihati Totok.
***
Dilain tempat dikelas 8b. Rahmi mendekati Erlangga dan Diko, dia duduk didepan mereka. Erlangga dan Diko bingung. Sebelumnya Erlangga dan Diko memang anak yang baik. Tapi sejak bergaul akrab dengan Totok, keduanya berubah menjadi jail.
“Kalian takut pada Totok ya?” kata Rahmi memulai berbicara
“Ada apa ini? Kenapa kamu tiba-tiba tanya kayak gini?” kata Diko
“Enggak apa-apa kok santai aja kali. aku tidak akan bilang pada Totok kok.” jawab Rahmi
“Emm, iya. Takut sekali malah.” jawab Erlangga duluan
“Aku juga, kamu kan tahu sendiri kalo dulu Totok sering meminta uang kepada ku.”
 jawab Diko kemudian.
“ Dan kalian malah memanfaatkannya untuk meminta perlindungan Totok?”
tanya Rahmi selanjutnya.
            “Terpaksa.” jawan Diko mewakili.
            “Kenapa emang?”
            “Ya, karena teman-teman yang lain membenci kita karena kita dekat dengan Totok.” jawab Erlangga.
            “Tapi kalau kalian merubah cara bersahabat kalian, kalian tidak perlu takut pada Totok. Cara kalian bersahabat dengan Totok itu salah.”  kata Rahmi menasehati.
“Oke kita akan coba.” jawab Erlangga memandang Diko yang menyambut dengan tersenyum.
***
            Keesokan harinya di kelas 8b. Ketika Totok melihat Erlangga dan Diko muncul bersama Rahmi. Totok langsung menarik kerah baju mereka. Mereka memekik ketakutan.
            “Jangan, Tok.” kata Rahmi
            “Rahmi! Kaulah satu-satunya anak di kelas yang berani kepadaku! Dan sekarang aku tidak akan segan-segan kepadamu.” jawab Totok marah.
            “Silahkan saja jika kau mau memukulku, asalkan kau mau menghentikan perbuatanmu pada yang lainnya!”
            “ Jangan main-main kau, Rahmi!” kata Totok geram.
Totok sudah siap mengepalkan tinjunya. Namun tiba-tiba seorang guru BK datang menghampiri Totok dan Rahmi. Mereka digelandang(kayak pemain sepak bola aja ya) menuju ruang BK.
Sesudah mereka di introgasi, Bu Sri memutuskan bahwa dalam kejadan itu Totok yang bersalah. Rahmi pun di suruh untuk keluar karena urusannya sudah selesai.
Bu Sri bergegas menghampiri Totok, dia menasehati Totok panjang lebar. Dan akhirnya Bu Sri menelepon orang tua Totok, untuk membicarakan perlakuan Totok di sekolah.
Totok memang bukanlah anak yang bandel di rumah, bahkan dia sangat penurut dengan ibunya, ia sering membantu ibunya mengantarkan makanan dagangan ibunya.  Ayah Totok sudah meninggal setahun yang lalu sehingga dia hanya bersama Ibu, kakak, dan adiknya.
***
            Totok berjalan lesu menuju rumah, kali ini tak ada niat untuknya memalak uang jajan anak-anak. Setibanya dirumah Totok.
“Kemarilah, ibu mau bicara.” kata ibu Totok
Hati-hati ia mendekati ibunya ia sangat gelisah, ibunya pasti sangat kecewa dengannya. Segala penyasalan kini menghantuinya.
            “Sekarang ibu tahu bagaimana kelakuan mu di sekolah yang nakal, mereka memang takut kepadamu karena kamu galak kepadanya. Tapi mungkin dibelakangmu mereka tidak seperti itu. Mereka pasti banyak yang membencimukan?” kata Ibu Totok dengan nada tegas tapi tetap dengan lembut.
            “Saya menyasal Bu.”
            “Syukurlah kamu menyesali semua perbuatanmu kepada teman-temanmu. Ibu ingin kamu mengubah sikapmu yang nakal itu.”
            “Pasti Bu, saya tidak akan nakal dan membenci teman-teman lagi. Dan saya akan meminta maaf pada mereka.”
Dirangkulnya ibunya itu, ia merasa sangat bersalah kepada ibunya. Ia merasa telah mempermalukan ibunya dengan sikapnya selama ini.
            “Maafkan Totok bu, telah membuat ibu sedih dengan sikap Totok.” kata Totok yang tak disadarinya telah meneteskan air mata dipipinya.
            “Tak apa, asalkan kamu mau merubah sikapmu dan meminta maaf kepada teman-temanmu Ibu sudah merasa bahagia.” kata ibu.
            “Terimakasih bu.” kata Totok berlinangan air mata.
***
Paginya dengan langkah pasti Totok berjalan menuju kesekolah, ia sangat tidak sabar untuk meminta maaf kepada teman-temannya. Sesampainya di kelas semua anak memandang kearah Totok. Erlangga dan Diko tidak berani untuk melihatnya, mereka masih sangat takut dengan kejadian kemarin itu. Sebenarnya tadi sebelum masuk ke kelas dia sudah bertemu dengan Rahmi di kantin, ia meminta tolong kepada Rahmi untuk membantunya meminta maaf kepada teman-teman kelasnya.
5 menit sebelum bel masuk Rahmi tiba-tiba maju kedepan kelas.
            “Perhatian. Disini saya minta waktunya sebentar, saya akan memyampaikan bahwa ada seseorang yang akan berbicara dengan kalian. Silahkan Totok” kata Rahmi mempersilahkan.
Semua kelas gaduh dengan bisik-bisik mendengar Totok dipanggil.
            “Ehm, disina saya akan meminta maaf dengan kalian semua, kalau selama ini saya sering membuat kalian kesal, benci, marah dengan saya. Saya menyesal, saya bener-bener merasa bodoh dengan semua yang telah saya perbuat selama ini. Maukah kalian memamaafkan saya? Setidak kalian juga mau membantu saya untuk berubah?” kata Totok sambil mengulas senyum dibibir nya.
Setelah Totok bersalaman dengan semua teman kelasnya yang dengan senang hati menyambut permintaan maaf Totok, ia melanjutkan untuk meminta maaf kepada teman-teman lainnya.
Saat jam istirahat berbunyi.
“Hei! Er, Ko. Bentar tunggu aku.” kata Totok berlari menghampiri mereka.
            “Oh, eh. Lo Tok kirain siapa.” kata Erlangga sekenanya
            “Kenapa sih kalian? Oh iya gue mau minta maaf banget sama kalian kalau selama ini kalian merasa dipaksa sama gue. Sama gue juga mau minta maaf kalau kalian merasa terpaksa bersahabat dengan gue.” kata Totok.
            “Enggak kok, kita dulu cuma enggak suka cara lo merlakukan kita sebagai sahabat seperti itu.” jawab Diko.
            “Dan sekarang kita sahabatan lagi kan? Gue janji kok enggak akan seperti dulu lagi.” tanya Totok.
            “Tentu, kita akan sahabatan lagi sma lo, asal lo janji gak akan balik seperti dulu lagi. Ya gak Er?” kata Diko
            “Yoi bro.” jawab Erlangga.
Merekapun kembali bersahabat dan semua kembali seperti semula.

Senin, 18 Juni 2012

Cerbung: Pelajaran Dari Musuh part 3

Diposting oleh Girl in the Rain di 03.36 0 komentar

" Kemudian mereka meninggalkan Yosi dan kawan-kawannya itu. Mereka berlima berkumpul di tempat biasanya mendiskusikan pembicaraan tadi. 
"Menurut kalian Angel tu aneh ngak sih?" tanya Renata
"Ia, aneh banget masa dia kayak orang ketakutan gitu sih" jawab Baby
"Kalo aku lihat-lihat tadi kayaknya Angel ngak jujur" komentar Fifi
"Aku juga merasa begitu" sahut Sena
"Mungkin kita harus bicara langsung sama Angel, tapi jangan ketahuan sama nenek sihir itu. Gimana teman-teman?" kata Renata
"Oke, setuju" jawab Rani, Fifi, Sena, dan Baby bebarengan. Mereka mulai menyusun rencana untuk besok..

Bagian 3

Esok paginya Rani menjemput Angel untuk menjalankan rencana mereka, Rani berangkat lebih pagi dari biasanya. Ia lalu berangkat ke rumah Angel, sesampainya di rumah Angel ia disambut oleh ibu Angel.
"Eh, Rani, sudah lama ngak main kesini ya" kata ibu Angel
"Iya, bi, Angelnya ada?" tanya Rani
"Ada, sebentar bibi pangilkan dulu Angelnya" jawab Ibu Angel
"Iya" jawab Rani
Setelah beberapa saat menunggu, Angel datang sudah dengan pakaian sekolah lengkap tapi wajahnya tidak seperi biasanya dia kelihatan ketakutan. Saat di perjalanan Angel diam saja tidak seperti biasanya periang, hingga akhirnya Rani memulai pembicaraan.
"E, gel maaf kalo aku menjemputmu. Kita perlu ngomong sama kamu" kata Rani
Angel hanya diam dengan raut wajah yang ketakutan itu. Hingga akhirnya mereka telah mendekati sekolahan. Memang sekolahan masih sepi hanya beberapa yang sudah datang. Dan Renata, Fifi, Sena, dan Baby telah menunggu di depan pintu gerbang sekolah.
Sesampainya di gerbang, Angel di tarik oleh Renata, menuju ke tempat yang telah mereka rencanakan kemarin, yaitu di dapur belakang sekolah. Angel hanya diam saja ditarik oleh Renata. Sampai di dapur Renata memulai pembicaraan.
"Ngel, sebenarnya ada apa sih dengan kamu kok tiba-tiba menjauhi kami?" tanya Renata
Angel yang ditanya hanya diam saja.
"Jawab dong Ngel, kenapa?" sahut Rani
"Ia, kenapa kamu menjauhi kami?" tanya Baby
Akhirnya Angel menjawab
"Aku mau ngomong sama kalian tapi jangan bilang sama Yosi ya?" jawab Angel dengan nada ketakutan 
"Emang ada apa dengan Yosi?" kata Renata
"Ya jangan bilang sama Yosi kalau aku bilang sama kalian" jawab Angel
"Oke, tapi kamu harus ngomong sama kami, apa yang terjadi sebenarnya" kata Renata
"Sebenernya aku tu di ancam sama Yosi, kalau aku tidak mau ikut sama dia, dia akan ganggu kalian" jawab Angel dengan nada takut
"Jadi Yosi seberani itu ngancam kamu, apa sih sebenarnya yang dia mau, huh dasar nenek sihir" kata Renata marah
"Karena kalian sahabatku, aku takut kalau kalian diganggu sama dia" jawab Angel
"Oke, sekarang kita sudah tau alasan mereka mengambil Angel, kamu tenang aja Ngel kami akan selesaikan urusan ini" jawab Renata
"Ia, udah aku sekarang juga udah lega bisa ngomong sama kalian, semoga kalian berhasil iya aku tetap sayang sama kalian" jawab Angel
"Kami juga sayang sama kamu Ngel, ya udah kamu kembali sana ke kelas, nanti Yosi curiga lagi" jawab Renata
"Ia makasih teman-teman, kalian memang sahabat ku yang baik" kata Angel, dan berjalan kembali ke kelas.
Memang benar sesampainya Angel di kelas Yosi dan teman-temannya sudah ada di kelas.
"Darimana kamu tadi Ngel? Dari nemuin teman-teman kamu yang udah ngihanati kamu itu iya?" tanya Yosi dengan marah
Angel hanya diam saja ditanya seperti itu, saat itu kelas masih sepi hanya ada Angel, Yosi dan teman-temannya. Tetapi dari balik pintu Renata dan kawan-kawannya mendengarkan pembicaraan mereka.
"Awas ya Ngel kalo kamu sampai berani bilang sama teman-temanmu itu, aku akan mengganggu teman-temanmu, jadi jangan berani-berani kamu ngomong sama teman-temanmu itu" ancam Yosi
"Iya, aku menerti" jawab Angel ketakutan
"Oke, ya udah sekarang ayo kita ke tempat biasanya" kata Yosi
Setelah mereka akan keluar Renata dan kawan-kawannya segera meninggalkan kelas itu, mereka segera menuju ke tempat biasanya. Setelah sampai ditempat yang dituju, mereka mulai membicarakan apa yang harus mereka lakukan untuk membebaskan Angel.
"Gimana cara kita untuk membebaskan Angel?" kata Renata memulai pembicaraan 
"Gimana kalo kita ambil aja Angel dari Yosi langsung" usul Baby
"Ia, memang itu yang aku inginkan, tapi bagaimana caranya?" jawab Renata
"Ia, kita ajak Angel sama kita lagi, biarin si nenek sihir itu mau nganggu kita, lama-lama pasti dia akan capek sendiri, gimana teman-teman?" usul Rani
"Begitu juga bisa, kalo kalian teman-teman?" jawab Sena
"Aku setuju, kalo Yosi ganggu kita, kita tanggung bareng-bareng" kata Renata
"Oke, aku juga setuju" kata Fifi
Setelah mereka selesai berdiskusi bel masukpun berbunyi, mereka bersegera masuk ke kelas.
Yosi memang musuh bebuyutan Renata dan kawan-kawannya terutama Fifi karena dia iri sama Fifi salah satu siswa terpandai di kelasnya.
Setelah beberapa lama bel masuk berbunyi akhirnya pak guru masuk kekelas. Beliau mengumumkan kalau mulai besuk setiap hari Rabu akan di adakan les sepulang sekolah.
Saat istirahat mereka berkumpul di warung Mbak Pur.
"Gimana kalau besok kita mulai menjalankan rencana kita?" tanya Renata
"Boleh tapi gimana cara kita ngajak Angelnya?" tanya Sena
"Begini saja besok Angel biar dijemput Rani seperti tadi? Gimana setuju nggak?" usul Renata
"Oke aku setuju" jawab Sena
"Fifi, Baby, dan Rani mengangguk.
Setelah bel masuk berbunyi seperti hari-hari sebelumnya Angel membuntuti Yosi dan teman-temannya. Kalo dilihat-lihat memang kasian si Angel karena dia hanya di manfaatkan oleh Yosi dan teman-temannya, ini salah satu akal-akalan busuk si Yosi agar Angel mau membantu dia dan teman-temannya dalam mengerjakan PR dan tugas-tugas lainnya. Walaupun Angel bersama Yosi, tapi Yosi jarang sekali ngobrol dengan Angel dia ngobrol dengan Baby hanya kalo untuk memanas-manasi Renata dan kawan-kawannnya. Yosi lebih sering memperlakukan teman-temannya seperti dayang-dayangnya yang mau disuruh ini itu.
Tet.. Tet.. Tet.. Bunyi bel yang menandakan pulang berbunyi. Semua anak berhamburan keluar. Namun lain bagi Renata, Rani, Fifi, Sena, dan Baby, mereka menunggu Yosi dan kawan-kawannya keluar. Mereka sudah hafal betul kalau Angel selalu berjalan di belakang Yosi dan dayang-dayangnya. Dari belakang Renata memberi isyarat kepada Angel untuk minta alasan pada Yosi agar dia bisa menemui Renta.
Sesampainya di pintu gerbang Yosi dan dayang-dayangnya berhenti.
"Hm, maaf yah Yos. Kali ini aku enggak barengan sama kalian karena hari ini ayahku akan menjemputku." kata Angel.
"Oke terserah kamu, tapi jangan sampai ya kamu nemuin tu teman-teman kamu!" kata Yosi sambil membentak.
"Iya." jawab Angel singkat.
"Oh, iya jangan lupa PR ku, yang dari Pak Dono kamu kerjain. Ya, udah ayo guys gita pergi." kata Angel memerintah dayang-dayangnya.
Setelah Yosi sudah lama pergi. Angel segera menghampiri Renata, Rani, Fifi, Sena, dan Baby di dapur. Renata menjelaskan bahwa besok dia akan di jemput lagi sama Rani seperti tadi pagi. Renata juga menjelaskan panjang lebar tentang ide mereka, Angel sangat setuju karena dia sudah tidak betah lagi dimanfatkan oleh Yosi.(Bersambung)

Cerbung: Pelajaran Dari Musuh part 2

Diposting oleh Girl in the Rain di 03.23 0 komentar


" Setelah bel pulang berbunyi, mereka berkumpul dulu di depan pintu gerbang, mendiskusikan rencana untuk besok. Kemudian mereka pulang, saat itu juga si nenek sihir dan kawan-kawannya juga pulang. Memang arah rumah Angel dan Rani searah.
Saat Angel berjalan di belajang Rani.
Yosi berkata,” Hati-hati ya Angel kalau nanti kamu di apa-apakan sama depan mu itu”.
Kemudian Yosi dan teman-temannya itu tertawa terbahak-bahak.
Renata dan teman-temannya pura-pura tidak menghiraukan ejekan itu.


Bagian 2


Paginya mereka kembali membuat rencana untuk menyelidiki Angel. Pagi itu Yosi dan kawan-kawannya sedang santai ditempat warungnya Bu Paiyem, dari balik jendela pintu dapur yang berdekatan dengan warung Bu Piyem, Renata dan teman-temannya mengintip yang sedang dilakukan Yosi dan kawan-kawannya. Disitu mereka melihat Angel masih seperti kemarin wajahnya kelihatan sedih. Setelah penyelidikan itu kemudian mereka berkumpul di warungnya Mbak Pur yang biasa tempat mereka bersantai. Mereka mulai membicarakan diskusi itu.
“Eh, temen-temen apa mungkin si Angel itu gak suka berteman bersama dengan Yosi?”, tanya Renata kepada teman-temannya
“Tapi, kayaknya gak mungkin banget deh, masak dia rela meninggalkankan kita cuman gara-gara si nenek sihir itu kalo gak ada maunya”, jawab Sena
“Aku jadi makin penasaran deh”, kata Rani
Belum lama mereka bicara bel masuk berbunyi. Kemudian mereka berlari kekelas untuk mengikuti pelajaran. Dan diskusi itu akan di lanjutkan istirahat nanti..

Setelah bel istirahat berbunyi, seperti biasa mereka berlima berkumpul di warungnya mbak Pur. Mereka memang masih penasaran apa yang di rencanakan Yosi dengan Angel.
"Aku makin penasaran aja deh sama si nenek sihir itu, apa sih yang dia mau", kata Renata
"Ia, ngapain sih si nenek sihir itu selalu ganggu kita", ucap Rani
"Gimana kalo kita tanya langsung aja sama nenek sihir itu, apa maunya dia?", usul Renata
"Betul, juga, tapi kan sifatnya Yosi seperti itu, apa mau dia di ajak ngomong baik-baik?", jawab Sena
"Apa kita tahu kalo belum di coba, gimana teman-teman kalian setuju ngak?",jawab Renata
"Kalo aku setuju aja" kata Fifi
"Setuju" jawab Rani dan Baby serempak
 Akhirnya mereka sepakat untuk bertanya langsung kepada nenek sihir itu, mereka mulai menyusun rencana. Dan mereka sepakat sepulang sekolah nanti mereka akan bertemu dengan Yosi. Setelah bel masuk berbunyi mereka bersegera untuk masuk kelas.
Setelah bel pulang berbunyi mereka mulai menjalankan rencana mereka. Mereka menunggu Yosi di pintu gerbang sekolah.
"Tolong minggir dong, kita mau lewat ni", kata Yosi dengan nada menyebalkan
"Kita mau ngomong sama kamu", ucap Renata
"Ngomong? Emang dari tadi kita ngak ngomong?", jawab Yosi dengan lagaknya yang sok itu
"Kita tu ngajak bicara baik-baik, kenapa kamu jawabnya gitu", jawab Renata dengan nada tersinggung
"Oke, kamu mau ngomong apa sama aku", kata Yosi
"Kita cuman mau tanya kenapa sih kamu selalu ganggu kami?", tanya Renata mewakili teman-teman
"Hemb, kenapa iya? Iya karena kalian tu nyebelin", kata Yosi dengan nada tidak bersalah
"Emang kita punya salah apa sama kamu, sampe kamu ngambil teman kami", jawab Rani
"Banyak, teman kamu aja tu si Angel pergi dari kalian", ucap Yosi
"Hla memang kenapa Angel jauhi kami" tanya Rani kepada Angel
"Ia mungkin karena kalian mengkhianati dia. Iya kan gel?", jawab Yosi nylonong
"I-iya" jawab Angel terbata-bata, dengan wajah tertunduk
"o, begitu. Iya udah kalo gitu makasih", kata Renata dengan nada marah
Kemudian mereka meninggalkan Yosi dan kawan-kawannya itu. Mereka berlima berkumpul di tempat biasanya mendiskusikan pembicaraan tadi.
"Menurut kalian Angel tu aneh ngak sih?" tanya Renata
"Ia, aneh banget masa dia kayak orang ketakutan gitu sih" jawab Baby
"Kalo aku lihat-lihat tadi kayaknya Angel ngak jujur" komentar Fifi
"Aku juga merasa begitu" sahut Sena
"Mungkin kita harus bicara langsung sama Angel, tapi jangan ketahuan sama nenek sihir itu. Gimana teman-teman?" kata Renata
"Oke, setuju" jawab Rani, Fifi, Sena, dan Baby bebarengan
Mereka mulai menyusun rencana untuk besok.(Bersambung)

Cerbung: Pelajaran Dari Musuh part 1

Diposting oleh Girl in the Rain di 02.46 0 komentar

Hai ini cerbung pertama ku. Harap dimaklumi kalau ceritanya agak aneh soalnya ini cerbung yang aku buat waktu aku masih SD :D But please, enjoy my story :D

Hari ini adalah hari pertama kali masuk sekolah setelah liburan tengah semester. Pagi-pagi sekali Fifi sudah berangkat sekolah, ia tidak mau berangkat bersama papanya yang juga akan berangkat kerja, ia memilih berangkat bersama Renata, Sena, dan Baby jalan kaki. Setelah sarapan Fifi berangkat bersama teman-temannya. Mereka tidak sabar untuk bertemu Rani dan Angel. memang mereka itu adalah sahabat yang akrab.
Sesampai di pintu gerbang sekolah Rani telah menunggu mereka dengan wajah yang tidak seperti biasanya, dia kelihatan kesal. Fifi, Renata,Sena, dan Baby bingung melihat itu, tidak biasanya Rani tidak bersama Angel,
 “Ayo ikut  aku”, kata Rani
Rani kemudian menuju ke belakang sekolah dan menuju dapur dekat kamar mandi. Kemudian Rani menceritakan sesuatu kepada Fifi, Renata, Sena dan Baby. Meraka kaget mendengar cerita Rani.
“Apa, masak Angel ikut sama si nenek sihir itu sih”, kata Renata spontan, setelah mendengar cerita itu.
“Aku juga gak percaya” kata Fifi, Sena, dan Baby serentak
“Iya, tadikan biasanya ia menjemput aku kalo berangkat sekolah, tapi ini tadi tidak aku kira dia berangkat duluan sama ayahnya , ya aku berangkat duluan. Eh, ternyata sampainya di sekolah dia udah sama si nenek sihir itu. Aku juga bingung kok bisa Angel sama si nenek sihir itu.”, cerita Rani.
“Ini pasti ada apa-apanya” seru Renata
“Ya, pasti ini ada apa-apanya, ayo kita selidiki” seru Rani
“Ya, ayo kita selidiki” seru mereka dengan kompak.
Nenek sihir adalah sebutan untuk musuh mereka yaitu Yosi dan kawan-kawannya yang selalu mengganggu mereka.
Setelah itu mereka mulai penyelidikan itu. Mereka pura-pura seperti biasa sambil mengamati si nenek sihir dan kawan-kawannya. Memang betul ternyata Angel bersama mereka. Ia juga mendengar bahwa mereka juga mengejek Fifi, Renata, Sena, Rani, dan Baby di depan Angel.
Tidak sengaja Yosi melihat Fifi, Renata, Sena, Rani, dan Baby. Ia kemudian mengejek mereka bahwa ia telah mengkhianati temannya sendiri, yang kini telah meninggalkannya. Tetapi di situ Renata melihat Angel diam saja tidak berani melihat mereka.
Renata berpikir pasti ada keganjalan di diri Angel, mengapa jika kami telah mengkhianatinya mengapa ia tidak senang kalo Yosi mengejek kami, mereka tidak menghiraukan ejekan itu. Setelah itu mereka berkumpul di warungnya Mbak Pur yang biasanya untuk berkumpul mereka, untuk mendiskusikan kejadian tadi. Baru saja mereka duduk bel masuk berbunyi akhirnya diskusi itu di tunda sampai istirahat nanti.
Saat pelajaran pikiran mereka tidak konsentrasi karena memikirkan Angel. Akirnya saat yang di tunggu pun juga tiba. Mereka segera bergegas ke warung Mbk Pur di sebelah sekolah mereka. Setah masing-masing selesai membeli makanan dan minuman mereka mulai berdiskusi, Renata mulai bicara “ Eh, temen-temen tadi pas si nenek sihir itu mengejek kita tadi kalian lihat gak kalo si Angel kayaknya takut gitu,?”
“Aku sempet juga sih, tapi cuman sekilas”, kata Sena
“ Tapi kan biasa Angel kan memangnya orangnya gitu pendiem,!” seru Rani
“Tapi itu gak seperti biasanya, kalo kita mengkhianati dia, mengapa dia malah gak seneng kalo si Yosi itu mengejek, malah dia tu kayak ketakutan gitu deh!” kata Renata menjelaskan.
“Ya, benar apa yang dikatakan Renata. Aku makin penasaran apa sih yang sebenarnya” kata Sena
Tet..Tet..Tet.., bel tanda masuk pun berbunyi.
“Kita lanjutin nanti,” kata Renata
Mereka mangut-mangut serempak.  
Saat pelajaran, Angel kelihatan murung. Memang tempat duduk Angel memang berdekatan dengan tempat duduk Fifi, Renata, Sena, Rani, dan Baby. Dan ia juga seperti ketakutan.
Setelah bel pulang berbunyi, mereka berkumpul dulu di depan pintu gerbang, mendiskusikan rencana untuk besok. Kemudian mereka pulang, saat itu juga si nenek sihir dan kawan-kawannya juga pulang. Memang arah rumah Angel dan Rani searah.
Saat Angel berjalan di belajang Rani.
Yosi berkata,” Hati-hati ya Angel kalau nanti kamu di apa-apakan sama depan mu itu”.
Kemudian Yosi dan teman-temannya itu tertawa terbahak-bahak.
Renata dan teman-temannya pura-pura tidak menghiraukan ejekan itu.
Apa yang selanjutnya dilakukan Renata, Rani, Fifi, Sena, dan Baby dengan apa yang dilakukan oleh Yosi? (bersambung)

Sabtu, 09 Juni 2012

Saat Kiki Datang

Diposting oleh Girl in the Rain di 06.01 0 komentar

Pagi itu Pak Bambang duduk di teras, menunggu anaknya untuk berangkat sekolah dan pergi ke kantor. Pak Bambang adalah salah satu pengusaha terkenal di kotanya. Dia mempunyai anak yang bernama Rangga yang bersekolah di SMP Pelita 1 kelas delapan.

 “Koran..  koran..” terdengar suara dari balik gerbang, seperti biasanya.
Tak berapa lama Bi Minah membukakan pintu gerbang dan mengambil koran. Pak Bambang meminta Koran itu lalu membaca-bacanya. “Rangga cepat nanti terlambat” kata Pak Bambang. “Iya Pa sebentar lagi” Jawab Rangga dengan santai.

Setelah beberapa lama Pak Bambang membaca-baca koran, Rangga pun keluar dengan mulut penuh, berisi roti sarapannya. Rangga memang anak yang malas, di sekolahpun dia bukan termasuk anak yang pintar, rankingnya pun hanya ranking lima besar dari belakang.
“Ayo cepat Rangga, Papa ada rapat pagi ini” ujar Papa.
Merekapun segera menuju ke mobil, di mobil Rangga malah asyik membaca komik barunya.
“Daripada baca komik, mending baca buku pelajaran” usul Papanya.
“Tadi malam udah belajar kok, Pa” jawab Rangga enteng.

Lima menit kemudian mereka sudah sampai di sekolah, seperti biasanya Rangga terlambat lagi. Rangga cepat-cepat lari menuju ke kelasnya.
Sampai di kelas ia segera mengetuk pintu.
“Maaf Pak, terlambat” ucap Rangga.
“Kamu terlambat lagi Rangga! untuk kali ini bapak tidak menghukum kamu” kata Pak Sutris yang mengajar IPA Fisika di sekolahya.
“Terimakasih, Pak” kata Rangga. Lalu duduk di tempat duduknya.
Ternyata pagi itu akan diadakan ulangan. Mendengar itu seluruh kelas gaduh, Rangga sibuk membuka-buka dan membaca rumus-rumus namun rumus-rumus itu hanya berputar-putar di kepalanya.
“Keluarkan kertas, beri nama, nomor, dan kelas” kata Pak Sutris.
Pak Sutris kemudian membagikan soal ulangan, setelah dua puluh menit berlalu hanya beberapa soal yang baru di jawab oleh Rangga, ia mencoba menengok ke teman sebelahnya, namun tidak ada jawaban yang dapat dilihatnya. Sampai akhirnya waktu ulangan berakhir masih banyak soal yang belum dijawabnya.

Saat istirahat seperti biasa Rangga berkumpul bersam teman-temannnya Rega dan Bima.
“Eh, kalian tadi kok enggak kasih contekan aku sih?” tanya Rangga.
“Kita tadi kan didepan, Ngga” jawab Bima.
“Mana, dilihatin Pak Sutris terus lagi” tambah Rega.
“Tapi kaliankan juga bisa nenggok kebelakang sebentar” ucak Rangga kesal.
Mereka hanya diam, mereka sebenarnya tidak suka kalau Rangga mencontek mereka terus.
               
Saat pulang Rangga di jemput oleh sopirnya, sampai di rumah dia langsung bermain game dengan laptopnya. Hingga terdengar ketukan pintun.
“Siapa sih ganggu aja” omelnya
“Saya mas Bi Minah, kata ibu suruh makan dulu” kata Bi Minah menjawab
“Iya bentar lagi” jawab Rangga
“Ya sudah” ucap Bi Minah
 Setelah ganti baju dia segera makan lalu tidur, malamnya setelah makan malam dia ke kamar untuk mengerjakan PR dan belajar , tapi baru beberapa yang dikerjakan dia sudah mengantuk,
“Hoam, mengerjakan PR memang membosankan” katanya. Diapun segera tidur.
               
Paginya seperti biasa Papanya sudah menunggu diteras, “Rangga cepat nanti kesiangan” kata Pak Bambang. ”Iya Pa, sebentar” jawab Rangga.
“Koran, Koran,” terdengar suara dari pintu gerbang.
Kali ini Pak Bambang sendiri yang mengambil koran, dia terkejut karena yang mengantar koran itu seorang anak yang seumuran dengan anaknya yang memakai pakaian sederhana, dulu dia pernah melihat yang mengantar koran adalah orang dewasa.
Anak itu menyapa dengan sopan, Pak Bambang menanyakan kenapa dia tidak sekolah ternyata dia sudah 3 bulan tidakmembayar uang sekolah, dan dia sekarang kelas delapan, namanya Kiki, prestasinyapun baik dia mendapat ranking satu.
 Tiba-tiba Rangga datang. “Ayo Pa, katanya keburu kesiangan” kata Rangga.
“Iya sebentar. Ya sudah ya Ki, bapak mau berangkat kerja dulu” kata Pak Bambang.
Di mobil Rangga bertanya siapa anak tadi, Pak Bambang menjelaskan siapa anak tadi.
               
                Hari itu hasil ulangan Fisika di bagikan. Rangga dag, dig, dug, menanti hasil ulangannya, ternyata Rangga hanya mendapat nilai 45.
Sampai di rumah Rangga dimarahin sama Papanya. Laptop dan komik-komik Rangga disita sampai nilai Rangga lebih baik. Malam itu dilalui Rangga dengan belajar namun setiap kali dia membaca buku pelajaran matanya selalu mengantuk.
               
                Paginya, Pak Bambang bertanya dengan Bi Minah sudah berapa lama pengantar Koran itu ganti, ternyata sudah dua mingguan.
Pak Bambang punya rencana untuk Kiki karena dia sopan, baik, dan pintar.
“Koran,Koran,” terdengar suara seperti biasa.
“Pagi, Pak.” sapa Kiki ramah.
“Pagi juga Kiki, Ki bapak mau tanya boleh enggak?” tanya Pak Bambang.
“Boleh, bila saya bisa menjawab.” jawabnya sopan.
“Kamu tinggal dengan siapa?” tanya Pak Bambang.
“Dengan Ibu, dan adik. Ayah saya meninggal dua tahun yang lalu” jawab Kiki.
“Kamu tinggal dimana?” tanya Pak Bambang lagi.
“Di samping jembatan Sukomangun.” jawab Kiki.
“Oh, kamu mau tidak bersekolah dengan anak saya,kalau kamu mau, kamu maukan mengajar anak saya belajar. Kalau mau nanti sore jam 4 datanglah ke rumah saya, akan saya kenalkan dengan anak saya.” kata Pak Bambang.
“Iya pak nanti saya fikir-fikirkan dulu, terimakasih ya Pak.” Jawab Kiki.
“Iya, sama-sama.” jawab Pak Bambang.
Tak berapa lama Rangga datang, mereka lalu berangkat. Di perjalanan Papa Rangga menceritakan apa yang direncanakannya mendengar itu Rangga langsung cemberut.

               
Hingga istirahat Rangga masih tidak suka dengan rencana Papanya.
“Rangga, aku pinjem komikmu yang baru ya.” tanya Rega.
“Aku dulu ya, Ngga.” kata Bima sewot.
Setelah beberapa lama mereka saling berebut, Rangga memberitahu kalau komik-komiknya disita oleh Papanya.  merekapun akhirnya diam.

                Sorenya setelah beberapa lama Papa Rangga menunggu ternyata Kiki datang juga. dia meminta maaf karena datang terlambat, karena harus menjual barang bekas ke pengempul.
Pak Bambang memanggil Rangga untuk berkenalan dengan Kiki. Setelah berkenalan mereka merencanakan sekolahnya Kiki, Kiki dapat meminjam buku-buku  Rangga.

                Esok paginya mereka berangkat bersama-sama, Rangga masih tidak suka dengan Kiki. namun Kiki mencoba tetap ramah seperti biasa. Hingga pelajaran dimulai Kiki sekelas dengan Rangga. Baru satu hari saja banyak anak-anak dikelas Rangga yang suka dengan Kiki, banyak anak yang bilang kalau Kiki itu baik, ramah, pintar.

                Sorenya setelah istirahat, Kiki datang lagi kerumahnya membawa buku-buku pelajar untuk besok. Mereka belajar bersama Kiki mengajari semua pelajaran layaknya seperti guru, sebenarnya Rangga senang dengan cara Kiki menerangkan, tapi dia masih sebal dengan Kiki. Setelah berhari-hari mereka saling bertemu Papa Rangga malah sering memperhatikan Kiki, Rangga menjadi tidak senang. hingga akhirnya pada suatu hari dia memberikan obat sakit perut ke minuman Kiki. Dia meminta izin pulang pada Pak Bambang, Papa Rangga menyuruh Rangga untuk mengantarkan Kiki bersama Pak sopir.

                Kiki meminta maaf karena mereka tidak bisa belajar bersama, dan membuat Kiki pergi ke tempat kumuh seperti rumahnya. Sampai dirumah Rangga merasa bersalah setelah melihat keadaan ekonomi Kiki, dia bertekad akan meminta maaf atas perbuatannya yang telah dia lakukan selama ini.

                Paginya sebelum berangkat dia bangun pagi-pagi, dan berangkat agak pagi agar tidak berangkat bersama Papanya, dia ingin berangkat bersama Kiki.
“Ki, aku mau minta maaf kalau selama ini aku sering jahat sama kamu, terus aku mau bilang kalau yang ngasih obat sakit perut kemarin aku.” ucap Rangga.
“Enggak apa-apa aku sudah maafin kamu kok, aku malah mau bilang makasih karena udah minjemin aku buku pelajaran” jawab Kiki
“Aku juga mau bilang makasih karena udah mau ngajarin aku” jawab Rangga.
Rangga sering berfikir mengapa aku yang tersedia semua fasilitanyas malas-malasan, padahal di luar sana masih banyak orang yang ingin tapi terbatas fasilitasnya.
Akhirnya mereka menjadi sahabat, dan Rangga sudah tidak malas lagi dan prestasinya meningkat. 

 

Girl in the Rain Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos