Hari ini sangat panas
tapi udaranya enak. Menyengat tapi udaranya sejuk. Aneh? Ya begitulah pokoknya.
Kalau kau termasuk orang
yang sangat dekat dengan ku, kau akan tahu bahwa aku benci mengendarai motor
pada siang bolong begini.
“Aku selalu mengantuk,”
ucapku pada seorang kekasih yang baru-baru ini kuberitahu tentang salah satu
fakta diriku. Tapi lain halnya jika aku mengendarai motor secara sadar penuh,
yah artinya aku mengendarai motor dengan kecepatan di atas 80 km/jam.
Hari ini jalanan ramai;
bus berjajar dan aku malas memacu motorku seperti biasanya. Hanya sekitar 50-70
km/jam yang ditujukan pada layar motor di depanku dan lantas langsung berhasil
membuat ku tidak konsen, pikiran ku mulai melayang kemana-mana. Baru 0,1 bagian
jalan yang kulewati untuk mencapai tujuan. Aku berpapasan dengan seseorang.
“Mirip sekali dengan
seseorang pikirku,” aku melaju dengan kencang untuk membuntuti motor itu dan
akhirnya aku bisa berhenti di belakangnya saat berada di lampu merah. Agak
terlambat memang karena ia melajukan motornya terlalu ugal-ugalan dan pikiran
ku terbersit lagi,
“Sangat mirip dengan
seseorang caranya mengendarai motor itu.”
Kuperhatikan dengan
seksama seorang laki-laki yang sedang menunggangi motor yang sangat mirip dengan
milik ku tapi lain wana, yaitu hitam gelap. Kulihat dia memakai kaca mata hitam
dibalik helm INK abu-abunya, dia kenakan sweater putih sewarna dengan jaket
yang saat itu sedang kukenakan, kuperhatikan tas dan juga sepatunya.
“Sebenarnya apa tujuan
ku?” pikirku. Otakku lantas menjawab, kau penasaran bukan apakah laki-laki itu
benar orang yang kau kenal?
Tapi, malah pertanyaan
itu yang menyentakku kembali ke kenyataan.
“Bodoh! Bodoh sekali
kau!” umpat akal warasku.
Aku sebenarnya belum rela
merelakan laki-laki tersebut dan berniat untuk terus membuntutinya, tapi
setalah berbelok di persimpangan ternyata laki-laki itu segera berhenti dan
mengecek handphone. Jadi mau tak mau aku terus melajukan motorku menjauh
darinya.
Melihat laki-laki itu
membuatku mengingat masa lalu. Dan tiba-tiba saja ada sesuatu yang membuatku
rindu. Aku memikirkan SMA, tidak jelas apa sebenarnya yang aku rindukan.
Kehidupan pada masa sekolah menengah ataskah? Atau teman-teman ku pada masa SMA?
Semua berbaur menjadi satu.
Taukah engkau apa yang
kupikirkan ketika melihat laki-laki tadi? Aku memikirkan seorang teman, ya
seorang teman lama. Tapi sampai sekarang aku tetap menganggapnya seorang teman.
Walau mungkin kenyataannya saat ini, aku sudah kehilangannya. Aku sudah sama
sekali tak mengerti dia. Diaa.. sangat jauh dan tak tergapai. Dia yang paling
kusayangi jika kenyataannya dia memang benar-benar pergi menjauh. Dari sekian
sedikit teman dekat yang pernah kumiliki pada masa sekolah menengah atas, dia
yang paling membekas. Dan saat ini membuat ku seperti dilemparkan kembali ke
kenyataan, bahwa dia sudah benar-benar menghilang.
Dulu sebelum selama ini,
aku selalu berfikir positif, kita hanya berjarak dan tidak akan lebih. Kita
masih bisa bertemu mengingat dan mengulang semua yang pernah terjadi. Kita
berempat saat itu, tapi nyatanya sesulit itu untuk mewujudkan seperti impianku.
Hingga semua itu menjadi kenyataan yang selalu kusembunyian sebagai hantu di
sudut pikiran. Aku selalu menggigil setiap mengingat kenyataan itu dan terus
membekap kenyataan itu masuk ke palung paling dalam hingga tak kuberi sedikitpun
kesempatan untuknya hadir menghantui pikiranku.
Tapi.. kini salah satu
diantaranya yang paling istimewa hadir begitu saja di saat yang tak terduga.
Memporak-porakkan semua yang sudah ku tata rapi, membuat ku rakus untuk kembali
bisa memilikinya lagi. Keikhlasanku selama ini yang selalu kuperlihatkan dari
luar sudah tidak kuat lagi melawan hasrat ini, sungguh aku ingin dia kembali
seperti semula. Ingin dia kembali mengisi hari-hari ku seperti dulu kala. Apapun
dia menganggapku dulu, walau mungkin hanya sebagai teman menyontek, teman
mengerjakan tugas bersama, dan bagaimanapun aku tetap rela jika ia hanya
menganggapku seseorang gadis yang memang harus selalu ditemuinya di bangku belakangnya
saat sekolah. Setidak penting itupun aku tetap mau menjadi satu bagian kecil di
setiap harinya.
Lantas saat ini aku rakus
sekali menginginkan dia kembali. Sedangkan aku sudah memiliki seorang yang
sangaat dengan kebaikannya menerima ku dan kami sangat bahagia saat ini tak ada
yang kurang begitu pas. Aku harusnya bersyukur. Ingat ada 2 mata koin, tak selamanya bisa kita dapatkan 2 mata yang
sama, selalu beriringan 2 sisi yang berbeda. Kau mendapatkan yang baik
pasti sekaligus juga akan ada keburukan yang mengikuti. Sudah.. mari hati, kita
coba ikhlaskan kembali seorang di masa lalu itu dan mensyukuri orang-rang yang
benar-benar baik saat ini. Dan ingat
sebanyak apapun buah yang jatuh dari pohon, kita hanya punya 2 tangan. Jadi,
yaa… memang beberapa hal memang harus diikhlaskan untuk tidak kita miliki.
Selama perjalanan tadi
aku juga menangis. Iya menangis sampai mengeluarkan air mata dan ingus. Tidak
tahu tiba-tiba menagis begitu saja. Pikiranku selalu kacau seperti itu apabila
ada satu hal buruk pasti ada hal lain yang ikut menyusul untuk dipikirkan,
benar-benar manusia aneh aku ini!
Aku memikirkan keluarga
ku. Kondisi yang sangat kacau selama seumur hidup yang pernah aku alami. Apa
mungkin aku baru sadar saja, ya? Karena saat ini usia ku cukup dewasa untuk
dibagi mengenai masalah yang sedang dialami orang tua ku. Saat ini umurku 21
tahun, yaah memang cukup tua, bahkan teman-temanku sudah banyak yang menikah.
Tapi belum terlalu cukup untuk lebih mandiri,tapi jugaa malu terus-menerus
meminta uang pada orang tua. Yaa… memang seruwet itu.
Roda kami sedang
berputar. Ekonomi kami kacau, beberapa kendaraan dan benda-benda berharga mulai
dijual satu persatu. Uang saku ku selama seminggu mulai tersendat-sendat.
Mimpiku yang selama ini terasa begitu nyata menjadi semakin kabur hingga sama
sekali tak terlihat. Aku kadang tak tahu harus membantu bagaimana. Kuliahku
saat ini sedikit kacau, Tugas Akhir yang seharusnya segera ku selesaikan,
ternyata tidak kuhitung secara matang. Sehingga sepertinya akan keluar dari
rencana.
Aku menangis kali itu.
Terus menangis dan menangis, ku lajukan motor pelan-pelan dan memilih berjalan
di tepi. Aku menangis, tapi tak tahu sebenarnya aku menangis karena sedih atau
bahagia. Kadang aku berfikir dari semua ini ada beberapa hal yang berubah
menjadi baik dari sekian lama sesuatu buruk yang terus-menerus dipelihara.
Kubeberkan saja sekalian, papa-ibukku sebenarnya dari dulu tidak akur. Jarang
sekali kutemui mereka tidur bersama, mengobrol saja sangat jarang, bahkan malah
sekalinya mereka terlibat obrolan malah berakhir adu cekcok. Aku masih kecil
saat semua itu dimulai dan aku tak terlalu peduli untuk menengahi padahal aku
seorang anak pertama,yang kumau hanya mereka tidak berpisah. Padahal ingin
sekali pada saat seperti itu aku membela ibukku, tapi aku takut papa malah
melunjak dan meninggalkan ibuk. Aku tidak mau menjadi anak yang tidak memiliki
orang tua yang utuh. Hingga aku sebesar ini, aku tahu sebenarnya papa ku sangat
menyayangi ibukku, hanya caranya yang aneh. Dan egonya sebagai lelaki terlalu besar.
Setelah semua masalah yang dihadapi keluarga ku saat ini, kedua orang tua ku
mulai menjadi lebih baik. Mereka bisa mengobrol santai dan jarang sekali
terjadi pertengkaran. Sudah kubilang ada hal bahagia yang kita dapat dari segi
keburukan yang datang.
Aku masih menagis ketika
membuntuti, sebuah mobil Grand Max tua yang berwarna cream yang memiliki seri Nopol
T T belakangnya. Aku merasa diejek ketika melihat dua huruf itu sedang
memandangi ku menagis, maka aku memutuskan untuk menyalip mobil yang berjalan
terlalu pelan-pelan itu. Saat aku mendahului dari sisi kanan, aku berpapasan
sangat dekat dengan sebuah mobil sedan seri tua berwarna hijau tua. Yang seakan
membawa ku melompati waktu pada saat aku masih SD, mengingatkanku akan mobil
pertama kami; sebuah mobil Katana kecil yang memiliki tulisan ‘Jeep’ di ban
belakang yang digendongnya. Mobil itu memiliki warna yang sama persis dengan
mobil sedan tadi.
Teman-temanku dulu
menganggapnya sebagai mobil penculik, ah mungkin karena pada zaman ku dulu kami
terlalu dicekoki sinetron yang memiliki adegan penculikan yang selalu memakai
mobil dengan jenis seperti itu. Dulu aku sangat bangga memiliki mobil kecil
itu, walaupun kecil tapi di desa ku belum banyak orang yang memiliki mobil. Dan
aku senang sekali karena, kalau mau pergi jauh tak perlu naik motor lagi.
Pernah suatu ketika saat kami ingin ke rumah Pakde di Gunung Kidul, aku
mengendarai motor bertiga dengan orang tua ku, saat itu waktu sudah agak gelap
dan untuk menuju ke sana perlu melewati suatu hutan yang sangaaat panjaaang.
Ibukku pernah bercerita kalau pakde pernah melihat seekor harimau di sana, maka
sepanjang perjalanan itu aku menutup mata karena terlalu ketakutan. Tapi, aku
lebih bersyukur lagi ketika keluargaku memiliki motor sendiri pada saat aku
akhir sekolah TK. Jadi, kami sekeluarga tak perlu repot-repot lagi untuk jalan
kaki dan naik kendaraan umum saat ingin pergi atau berangkat sekolah.
Papa ku seorang yang
pintar, beliau belajar menyetir sendiri tanpa ada guru atau kawan yang
mengajarinya. Padahal sebenarnya ada seorang kawan dekat papa yang pandai
menyetir, Om yang ku kenal satu itu memiliki tubuh besar dan perawakan garang
bahkan dipikiranku saat ini aku bisa membayangkannya sebagai seorang bandit.
Papa ku bilang, “Dia bukan seorang yang baik,” tapi bagiku dulu dia orangnya baik walaupun tampangnya
demikian. Waktu terus berjalan mungkin kejadian itu sudah berlalu 5 tahun yang
lalu, dan ternyata firasat papa ku selama itu benar. Seorang teman yang memang
benar-benar sangat dekat dengan papa tersebut nyatanya adalah seorang yang
sangat kejam dan jahat. Dia, dengan teganya menghancurkan usaha papa ku. Dia
yang saat itu dipercayai sebagai orang yang memegang salah satu usaha yang
dirintis papa ku malah dengan seenak hati mencuri semua itu dan mengklaim bahwa
semua itu adalah miliknya. Hingga tidak satupun yang tersisa untuk kami. Bodoh memang, jika terlalu percaya pada
seorang. Jika terlalu dekat dengan seseorang, orang itu juga yang punya
kesempatan untuk menusuk lebih dalam!
Aku pernah merasakan
semua itu dari yang tak punya apa-apa, hingga semua serba cukup dan
Alhamdulillah bisa lebih. Tapi saat ini, sepertinya roda sedang berputar. Hidup
dipergilirkan, dan butuh kekuatan dan mental untuk melewati semua ini. Suatu
saat aku percaya roda ini akan kembali berputar menjadi lebih baik, walupun aku
tak tahu butuh waktu berapa lama lagi.
Tangisku sudah berhenti
setelah beberapa saat, hati ku sudah tidak terlalu kacau, ketika memasuki
daerah baru. Banyak sekali orang menikah selama perjalanan itu. Akuu juga ingin
menikah, mempunyai anak, dan sebuah keluarga baru. Aku ingin segera bekerja dan
membantu kedua orang tua ku. Atau aku ingin kembali saja ketika masa
kanak-kanak saat semuanya belum terasa seruwet ini. Aku penat dengan masa sekarang
ingin ku melompat maju atau mundur ke masa-masa yang kuinginkan. Tapi kusadar
kehidupan memang seperti itu, harus berjalan sesuai semestinya. Aku harus
melewati saat ini jika ingin melompat ke tahap selanjutnya. Mungkin di masa
sekarang memang sedang sulit, tapi yaa.. memang harus dilewati.
Aku berhenti di atas
jembatan yang di bawahnya terdapat anak sungai, kulihat ada kemacetan yang
sangaaat panjang karena lampu lalu lintas. Kutengok jam di handphone ku cukup
lama perjalanan ku saat itu hampir 2 jam padahal biasanya hanya membutuhkan 1
jam. Di sungai itu ada 4 ekor bebek, 3 ekor bebek berwarna coklat memperhatikan
dengan seksama seekor bebek putih yang sedang mandi. “Ah.. segar sekali
pikirku. Jadi ingin minum thai tea dingiin.”
Pikiran-pikiran ku tadi
mulai tenggelam, aku mulai sibuk menyelip diantara mobil-mobil untuk mencari
jalan, aku ingin buru-buru untuk segera menyesap Thai Tea dinginku.
#MenulisAdalahTerapi



