Minggu, 26 Oktober 2014

Stuck on You [Cakka-Shilla] part 1

Diposting oleh Girl in the Rain di 06.37
cerbung cinta remaja, cerbung fanfic cakshill (cakka-shilla), cerbung cakka dan shilla 2014

~When you’re there you’re making my heart beat again and when you’re gone I feel empty.~

“Mampus.. udah jam 7 seperempat lagi.” Keluhku sambil cepat-cepat berlari. Masa iya baru seminggu jadi anak kelas dua udah mau telat lagi sih. Ini gara-gara Mas Elang pake bocor segala bannya. Aku kan yang malah kena imbasnya.
Tin.. tin.. Tiba-tiba suara klakson terdengar sangat memekakkan telinga, hampir saja aku jatuh tersungkur karena kaget mendengar suara itu. Siapa juga yang pagi-pagi gini udah ngajak ribut! Aku membalikkan tubuh untuk melihat orang yang tiba-tiba mengagetkanku itu. Oh ternyata cowok aneh itu.
“Naik gih, aku tebengin.”
Aku tetap diam sambil mengutuk dalam hati cowok yang ada di depanku itu.
“Mau enggak? Yaudahlah kalau enggak mau. Aku duluan. Tapi jangan lupa tengok tuh jam, udah jam berapa sekarang.” Katanya menyadarkanku sambil melirik jam di pergelangan tanganku. Aku mengikutinya untuk melihat jam di pergelangan tanganku. Mati! Kenapa enggak ada yang bilang kalau udah jam 7 seperempat lebih!
Aku masih ragu, tapi dengan pasti segera naik ke boncengan motornya. “Buruan..” ucapku tak sadar sambil memukul punggungnya. Sebenarnya aku enggak pernah sepanik ini sama orang baru, tapi enggak tau kenapa aku bisa kayak gini sama cowok ini.
“Iyaa, santai aja. Ini juga mau jalan kok.” katanya sambil menstarter motornya dan melajukannya dengan kencang.
“Cakka... pelan-pelan aja kenapa!” ucapku panik sampai tak sadar aku telah berpegangan pada pinggangnya. Aku malu sendiri dan segera melepasnya.
Diapun segera memelankan motornya, sangat pelan malah. “Kalau kayak gini jalannya, kita bisa terlambat setengah jam Shilla yang pinter.” Ucapnya yang terdengar halus tapi penuh penyinggungan.
“Yaudah deh, terserah kamu. Yang penting aku enggak telat lama-lama.” ucapku mulai pasrah. Kulihat dia tersenyum puas dari balik spion motornya. Dasar!

Sebenarnya terlambat masuk, bukanlah hal baru buatku. Setelah mendapatkan surat izin masuk dari guru BP. Aku dan dia segera memasuki kelas. Setelah kami memasuki pintu, kudengar banyak sekali yang menyoraki dan bersiul menggodai kami. Aku benci jadi pusat perhatian sungguh! Rasa-rasanya aku ingin lenyap dari pandangan mereka.
Akhirnya aku berhasil melawati masa-masa sulit itu. Aku berhasil duduk di bangku ku dengan selamat. Setelah interogasi wali kelas kami.
“Shill, kamu beneran bareng sama Cakka? Sampai bisa telat bareng gitu?” tanya Angel sebelum ada satu detik aku bernafas lega karena terbebas dari sorotan mata cewek-cewek yang menatap risi kepadaku.
Aku memutar mataku sebelum menjawab pertanyaan itu. “Emang penting ya?” jawabku males. Sebenarnya aku udah males ditanyain apa-apa yang berhubungan dengan Cakka. Kenapa sih, Cuma nebeng motor dia dalam keadaan sedarurat tadi malah jadi masalah kayak gini. Kalau saja tadi tau masalahnya akan jadi kayak gini mungkin aku milih untuk nolak tawarannya itu.
“Ya penting lah Shilla. Liat tuh, kamu udah dijadiin siaga I sama cewek-cewek penggemarnya Cakka itu.” jawabnya dengan semangat yang menyala-nyala.
“Taulah, aku enggak akan peduli.”
“Oke, aku tau kamu bakalan jawab gitu. Jadi gimana ceritanya sampai kamu bisa barengan sama Cakka?” ucapnya mengalah. Angel emang udah bener-bener tau sikapku luar dalam. Dia sahabatku dari kelas satu. Enggak tau kenapa aku bisa kecantol sama orang yang super cerewat dan enggak bisa diem kayak dia. Padahal aku 180 derajat bedanya sama dia. Aku tipe orang yang pendiem dan cenderung anti sosial. Tapi aku merasa nyaman sama dia, Angel itu bisa mengimbangi sifat ku yang seperti ini.
“Jadi tadi tu ceritanya ban motornya Mas Elang bocor waktu perjalanan ke sekolah, jadilah aku jalan kaki dari bengkel, nah kan udah jam 7 seperempat tiba-tiba aja si Cakka itu nongol, terus dia nawarin aku buat bareng dia. Dalam keadaan tenang mungkin aku bakalan nolak tapi waktu itu aku panik banget. Yaudah deh aku nebeng motor dia sampai sekolah.” urai ku panjang lebar.
Angel hanya mangut-mangut. Dan akhirnya kami mendapatkan tatapan tajam dari Pak Duta yang menangkap kebisingan kami.

**

Hari kamis adalah hari dilaksanakannya kegiatan ekstrakulikuler. Aku tetap setia dengan ekstra yang aku pilih sejak masuk kelas satu yaitu English Fun Club (EFC). Aku lebih senang dengan ekstra yang seperti ini. Aku bukanlah siswa yang aktif dalam berorganisasi jadi aku enggak pernah niat buat ikut ekstra kepemimpinan. Di EFC banyak game seru dan sharing pendapat yang menyenangkan, sayangnya pertemuan EFC kali ini diliburkan karena salah satu pembimbing kami sedang melahirkan.
Terpaksa aku harus menunggu Angel selama satu jam tanpa kegiatan apapun. Membayangkannya saja sangat membosankan apa lagi menjalankannya.
“Ngel, aku tunggu di kelas aja ya? Nanti kalau udah selesai calling aku.” Kataku sambil memasangkan i-pod.
“Oke.” Katanya berlalu sambil memamerkan deretan gigi rapinya.
Beberapa saat aku menghabiskan waktu dengan mendengarkan lagu yang mengalun sambil memejamkan mata.
Tiba-tiba saja saat aku membuka mata sudah ada orang yang duduk di kursi depan dan menghadapku. Hampir saja aku berteriak kaget kalau tak segara sadar ternyata cowok itu lagi yang sedang duduk di depanku. Aku memandangnya seakan bertanya Ngapain?
“Kenapa? Ada yang aneh? Atau jangan-jangan kamu terpesona ya sama ketampananku?”
Idih, geer banget sih. Ini anak kenapa bisa overdose gini sih pedenya.
“Kok, enggak ekstra?” tanyanya lagi seakan tak megubris sikapnya yang kelewat pede itu.
“Lagi libur.”
“Emang kamu ekstra apaan?”
“English Club.”
“Oh anak EC. Omong-omong irit banget sih kamu ngomongnya. Takut kalau suara kamu jelek ya?” ucapnya tanpa berdosa. Aku hanya melotot, aduh ini anak lama-lama aku lemparin tas deh. Kenapa sih aku harus ketemu sama manusia seaneh ini.
“Idih sok tau, kamu sendiri kenapa malah di sini enggak ke lapangan?” jawabku enggak mau kalah.
“Emang kamu tau aku ikut ekstra apa?”
“Basket.”
“Wow kok kamu tau sih? Jangan-jangan kamu stalking aku ya?”
Ya Tuhan bantu aku menghadapi anak ini, maafkan aku jika aku sudah tak bisa menahan emosiku.
“Aduh siapa juga sih yang stalking kamu, enggak penting banget kali. Dimana-mana anak basket itu pasti terkenal lah. Masa iya aku enggak tau kamu juga anggota basket.” ucapku mulai berapi-api.
“Oke-oke aku cuma bercanda kok, jangan marah oke? Diem-diem ngeri juga kalau lagi marah.”
Beberapa saat kemudian kami hanya saling diam. Dia juga tak segera pergi, aku jadi risi sendiri melihat tatapan mendelik dan bisik-bisik dari cewek-cewek yang lalu lalang dari depan pintu. Aku bangkit berdiri hendak pergi.
“Mau kemana?”
“Ke kantin.” Jawabku
“Yaudah aku ikut, sekalian traktir aku ya karena udah kasih tumpangan gratis tadi pagi.”
Tuh kan dia enggak ikhlas sekarang aja dia minta traktiran. Dasar!
Dia segera menarik pergelangan tanganku menuju ke kantin, aku hanya pasrah ditarik-tariknya, walaupun ini sama sekali enggak nyaman karena disertai tatapan dan bisik-bisik dari berbagai penjuru. Bersambung

0 komentar:

Posting Komentar

 

Girl in the Rain Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos