cerbung cinta remaja, cerbung fanfic cakshill (cakka-shilla), cerbung cakka dan shilla 2014
~When
you’re there you’re making my heart beat again and when you’re gone I feel
empty.~
“Mampus.. udah jam 7 seperempat lagi.” Keluhku sambil cepat-cepat
berlari. Masa iya baru seminggu jadi anak kelas dua udah mau telat lagi sih.
Ini gara-gara Mas Elang pake bocor segala bannya. Aku kan yang malah kena
imbasnya.
Tin.. tin.. Tiba-tiba suara klakson terdengar sangat memekakkan
telinga, hampir saja aku jatuh tersungkur karena kaget mendengar suara itu.
Siapa juga yang pagi-pagi gini udah ngajak ribut! Aku membalikkan tubuh untuk
melihat orang yang tiba-tiba mengagetkanku itu. Oh ternyata cowok aneh itu.
“Naik gih, aku tebengin.”
Aku tetap diam sambil mengutuk dalam hati cowok yang ada di depanku
itu.
“Mau enggak? Yaudahlah kalau enggak mau. Aku duluan. Tapi jangan lupa
tengok tuh jam, udah jam berapa sekarang.” Katanya menyadarkanku sambil melirik
jam di pergelangan tanganku. Aku mengikutinya untuk melihat jam di pergelangan
tanganku. Mati! Kenapa enggak ada yang bilang kalau udah jam 7 seperempat
lebih!
Aku masih ragu, tapi dengan pasti segera naik ke boncengan motornya.
“Buruan..” ucapku tak sadar sambil memukul punggungnya. Sebenarnya aku enggak
pernah sepanik ini sama orang baru, tapi enggak tau kenapa aku bisa kayak gini
sama cowok ini.
“Iyaa, santai aja. Ini juga mau jalan kok.” katanya sambil menstarter
motornya dan melajukannya dengan kencang.
“Cakka... pelan-pelan aja kenapa!” ucapku panik sampai tak sadar aku
telah berpegangan pada pinggangnya. Aku malu sendiri dan segera melepasnya.
Diapun segera memelankan motornya, sangat pelan malah. “Kalau kayak
gini jalannya, kita bisa terlambat setengah jam Shilla yang pinter.” Ucapnya
yang terdengar halus tapi penuh penyinggungan.
“Yaudah deh, terserah kamu. Yang penting aku enggak telat lama-lama.”
ucapku mulai pasrah. Kulihat dia tersenyum puas dari balik spion motornya.
Dasar!
Sebenarnya terlambat masuk, bukanlah hal baru buatku. Setelah
mendapatkan surat izin masuk dari guru BP. Aku dan dia segera memasuki kelas.
Setelah kami memasuki pintu, kudengar banyak sekali yang menyoraki dan bersiul
menggodai kami. Aku benci jadi pusat perhatian sungguh! Rasa-rasanya aku ingin
lenyap dari pandangan mereka.
Akhirnya aku berhasil melawati masa-masa sulit itu. Aku berhasil duduk
di bangku ku dengan selamat. Setelah interogasi wali kelas kami.
“Shill, kamu beneran bareng sama Cakka? Sampai bisa telat bareng gitu?”
tanya Angel sebelum ada satu detik aku bernafas lega karena terbebas dari
sorotan mata cewek-cewek yang menatap risi kepadaku.
Aku memutar mataku sebelum menjawab pertanyaan itu. “Emang penting ya?”
jawabku males. Sebenarnya aku udah males ditanyain apa-apa yang berhubungan
dengan Cakka. Kenapa sih, Cuma nebeng motor dia dalam keadaan sedarurat tadi
malah jadi masalah kayak gini. Kalau saja tadi tau masalahnya akan jadi kayak
gini mungkin aku milih untuk nolak tawarannya itu.
“Ya penting lah Shilla. Liat tuh, kamu udah dijadiin siaga I sama
cewek-cewek penggemarnya Cakka itu.” jawabnya dengan semangat yang
menyala-nyala.
“Taulah, aku enggak akan peduli.”
“Oke, aku tau kamu bakalan jawab gitu. Jadi gimana ceritanya sampai
kamu bisa barengan sama Cakka?” ucapnya mengalah. Angel emang udah bener-bener
tau sikapku luar dalam. Dia sahabatku dari kelas satu. Enggak tau kenapa aku
bisa kecantol sama orang yang super cerewat dan enggak bisa diem kayak dia.
Padahal aku 180 derajat bedanya sama dia. Aku tipe orang yang pendiem dan cenderung
anti sosial. Tapi aku merasa nyaman sama dia, Angel itu bisa mengimbangi sifat
ku yang seperti ini.
“Jadi tadi tu ceritanya ban motornya Mas Elang bocor waktu perjalanan
ke sekolah, jadilah aku jalan kaki dari bengkel, nah kan udah jam 7 seperempat
tiba-tiba aja si Cakka itu nongol, terus dia nawarin aku buat bareng dia. Dalam
keadaan tenang mungkin aku bakalan nolak tapi waktu itu aku panik banget.
Yaudah deh aku nebeng motor dia sampai sekolah.” urai ku panjang lebar.
Angel hanya mangut-mangut. Dan akhirnya kami mendapatkan tatapan tajam
dari Pak Duta yang menangkap kebisingan kami.
**
Hari kamis adalah hari dilaksanakannya kegiatan ekstrakulikuler. Aku
tetap setia dengan ekstra yang aku pilih sejak masuk kelas satu yaitu English
Fun Club (EFC). Aku lebih senang dengan ekstra yang seperti ini. Aku bukanlah
siswa yang aktif dalam berorganisasi jadi aku enggak pernah niat buat ikut
ekstra kepemimpinan. Di EFC banyak game seru dan sharing pendapat yang
menyenangkan, sayangnya pertemuan EFC kali ini diliburkan karena salah satu pembimbing
kami sedang melahirkan.
Terpaksa aku harus menunggu Angel selama satu jam tanpa kegiatan
apapun. Membayangkannya saja sangat membosankan apa lagi menjalankannya.
“Ngel, aku tunggu di kelas aja ya? Nanti kalau udah selesai calling aku.” Kataku sambil memasangkan i-pod.
“Oke.” Katanya berlalu sambil memamerkan deretan gigi rapinya.
Beberapa saat aku menghabiskan waktu dengan mendengarkan lagu yang
mengalun sambil memejamkan mata.
Tiba-tiba saja saat aku membuka mata sudah ada orang yang duduk di
kursi depan dan menghadapku. Hampir saja aku berteriak kaget kalau tak segara
sadar ternyata cowok itu lagi yang sedang duduk di depanku. Aku memandangnya
seakan bertanya Ngapain?
“Kenapa? Ada yang aneh? Atau jangan-jangan kamu terpesona ya sama
ketampananku?”
Idih, geer banget sih. Ini anak kenapa bisa overdose gini sih pedenya.
“Kok, enggak ekstra?” tanyanya lagi seakan tak megubris sikapnya yang
kelewat pede itu.
“Lagi libur.”
“Emang kamu ekstra apaan?”
“English Club.”
“Oh anak EC. Omong-omong irit banget sih kamu ngomongnya. Takut kalau
suara kamu jelek ya?” ucapnya tanpa berdosa. Aku hanya melotot, aduh ini anak
lama-lama aku lemparin tas deh. Kenapa sih aku harus ketemu sama manusia seaneh
ini.
“Idih sok tau, kamu sendiri kenapa malah di sini enggak ke lapangan?”
jawabku enggak mau kalah.
“Emang kamu tau aku ikut ekstra apa?”
“Basket.”
“Wow kok kamu tau sih? Jangan-jangan kamu stalking aku ya?”
Ya Tuhan bantu aku menghadapi anak ini, maafkan aku jika aku sudah tak
bisa menahan emosiku.
“Aduh siapa juga sih yang stalking
kamu, enggak penting banget kali. Dimana-mana anak basket itu pasti terkenal
lah. Masa iya aku enggak tau kamu juga anggota basket.” ucapku mulai
berapi-api.
“Oke-oke aku cuma bercanda kok, jangan marah oke? Diem-diem ngeri juga
kalau lagi marah.”
Beberapa saat kemudian kami hanya saling diam. Dia juga tak segera
pergi, aku jadi risi sendiri melihat tatapan mendelik dan bisik-bisik dari
cewek-cewek yang lalu lalang dari depan pintu. Aku bangkit berdiri hendak
pergi.
“Mau kemana?”
“Ke kantin.” Jawabku
“Yaudah aku ikut, sekalian traktir aku ya karena udah kasih tumpangan
gratis tadi pagi.”
Tuh kan dia enggak ikhlas sekarang aja dia minta traktiran. Dasar!
Dia segera menarik pergelangan tanganku menuju ke
kantin, aku hanya pasrah ditarik-tariknya, walaupun ini sama sekali enggak
nyaman karena disertai tatapan dan bisik-bisik dari berbagai penjuru. Bersambung
0 komentar:
Posting Komentar